tirto.id - Aksi demonstrasi besar-besaran di Timor Leste pada Sabtu, (28/05/2016), membuat Satuan Tugas Pengamanan Wilayah Perbatasan (Satgas Pamtas) dari Yonif 725/Woroagi meningkatkan penjagaan di pos lintas batas (PLB) Mota Ain, Nusa Tenggara Timur. Demonstrasi rakyat Timor Leste ini dilakukan untuk memprotes kehadiran Australia di Celah Timor.
"Walaupun terjadi sudah beberapa hari yang lalu, tetapi penjagaan di pos lintas batas tetap harus ditingkatkan sebagai bentuk dari antisipasi," kata Komandan Satgas Pamtas RI-RDTL Letkol Inf Nurman S di Atambua, Kabupaten Belu, NTT, Rabu, (01/06/2016).
Nurman mengungkapkan, demonstrasi besar-besaran di Dili menuntut supaya Australia meninggalkan Celah Timor yang kaya akan potensi minyak. Terkait demonstrasi tersebut, imbuh Nurman, jajarannya mulai meningkatkan jumlah patroli di perbatasan. Patroli yang biasanya dilakukan sebanyak tiga kali dalam seminggu, kini bertambah menjadi lima kali dalam seminggu.
"Kita hanya antisipasi saja, kalau ada apa-apa maka langsung ditindak," tegasnya.
Ia menyatakan, selain patroli untuk memantau pelintas batas ilegal, pihaknya juga mengawasi dan meningkatkan pengecekan identitas lewat paspor bagi warga negara Timor Leste yang masuk ke pos lintas batas itu.
Pihak Satgas Pamtas juga bersiaga 24 jam untuk mengatasi dampak-dampak demonstrasi tersebut apabila sampai merembet ke wilayah Indonesia.
Namun, ia menyatakan bahwa sejauh ini kondisi keamanan masih terjamin dan tidak ada ancaman berarti bagi Indonesia.
"Semuanya masih kondusif saja. Namun akhir-akhir ini juga pelintas batas ke negara kita cukup banyak akibat diberlakukannya bebas visa oleh pemerintah," pungkasnya.
Demonstrasi di Dili, ibukota Timor Leste, menuntut adanya negosiasi ulang perjanjian eksplorasi minyak dan gas di Celah Timor. (ANT)
Penulis: Putu Agung Nara Indra
Editor: Putu Agung Nara Indra