Menuju konten utama

Demonstran Hong Kong Berencana Blokir Akses ke Bandara

Para demonstran berencana memblokir semua akses menuju Bandara Internasional Hong Kong usai kerusuhan yang terjadi pada Sabtu malam hingga Minggu subuh. 

Demonstran Hong Kong Berencana Blokir Akses ke Bandara
Pengunjuk rasa anti pemerintah bereaksi setelah adanya pengumuman bahwa semua operasional bandara akan dihentikan karena demonstrasi di Bandara Hong Kong, China, Selasa (13/8/2019). ANTARA FOTO/REUTERS/Issei Kato/djo/wsj.

tirto.id - Demonstran Hong Kong berencana mengeblok akses transportasi ke Bandara Internasional Hong Kong pada Minggu (1/9/2019) usai demonstrasi malam sebelumnya yang berakhir ricuh.

Organisator demonstrasi menyerukan kepada publik bahwa mereka akan kembali turun ke jalan dan jalur kereta menuju bandara pada Minggu (1/9) dan Senin (2/9) yang memicu pembatalan penerbangan, Channel News Asia mewartakan.

Pada Sabtu malam hingga Minggu subuh, polisi menyemprotkan gas air mata, peluru air, peluru karet.

Sedangkan demonstran menembakkan bom bensin yang menambah kericuhan unjuk rasa yang berlangsung di pusat keuangan Asia dan menjadikannya krisis politik terbesar di Hong Kong sepanjang masa.

Petugas kepolisian bahkan menembakkan dua peluru ke udara sebagai peringatan kepada para demonstran yang mengepung dan berusaha mengambil persenjataan mereka, kata pihak kepolisian.

Sistem kereta metro Hong Kong sempat terhenti saat demonstrasi merambah ke area operasi kereta bawah tanah, bahkan nampak beberapa orang dipukuli selagi mereka meringkuk di lantai kereta, berlindung di balik payung.

"Demonstran dalam jumlah besar turut berpartisipasi dalam aksi unjuk rasa ilegal sejak kemarin, di luar peringatan dan objektifikasi kepolisian," sebut pihak kepolisian Hong Kong.

"Level kekerasan melonjak secara signifikan dan aksi ilegal mereka mendekati tindakan tidak menghormati hukum Hong Kong," tambahnya.

Unjuk rasa yang berlangsung sejak Juni 2019 tersebut memasuki minggu ke-13. Terakhir, Demonstrasi terjadi Sabtu (31/8/2019), memblokade tiga ruas jalan utama.

Melansir Aljazeera, para demonstran, sebagian membawa salib berkumpul di stadium di pusat kota Hong Kong dan menyebut aksi mereka sebagai Reli Kristen.

Demonstran lainnya ada yang mengenakan topi pelindung, masker gas, dan perlengkapan pelindung lainnya.

Petugas menyemprotkan cairan biru dari meriam air dan melemparkan bean-bag (senjata lempar yang melumpuhkan) setelah beberapa demonstran ramai-ramai menembakkan bom bensin ke arah petugas keamanan dan menyebabkan kebakaran kecil.

Unjuk rasaterus berlngsung untuk menentang RUU Ekstradisi yang mengizikan narapidana Hong Kong diadili di dan dnegan hukum Cina.

Saat ini, RUU tersebut dibekukan, namun demonstran meminta lebih, yaitu penerapan demokrasi menyeluruh, meminta pemerintah Hong Kong dan Cina mencabut sebutan "kerusuhan" atas demonstrasi, dan meminta Carrie Lam, pemimpin Hong Kong dan pemimpin pro-Cina lainnya turun dari jabatan.

Ditambah, kepolisian pada Hari Jumat (30/8/2019) menangkap Joshua Wong, tokoh aktivis demokrasi Hong Kong atas dugaan mengorganisir perkumpulan ilegal.

Sebelumnya, Wong ditangkap karena kepolisian membuktikan peran pentingnya dalam Gerakan Payung tahun 2014, dan baru saja dibebaskan dari penjara pertengahan Juni lalu.

Unjuk rasa Sabtu lalu (yang sebenarnya tidak mendapat izin dari pihak berwenang) diadakan menandai perayaan lima tahun penolakan Cina atas tuntutan pemilihan bebas di Hong Kong yang berlangsung pada 2014 lalu.

Baca juga artikel terkait DEMO HONG KONG atau tulisan lainnya dari Anggit Setiani Dayana

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Anggit Setiani Dayana
Penulis: Anggit Setiani Dayana
Editor: Yandri Daniel Damaledo