Menuju konten utama

Demokrat: Puisi Butet di Puncak Bulan Bung Karno Tak Beda Buzzer

Politikus Demokrat Kamhar Lakumani menilai pembacaan puisi oleh Butet Kartaredjasa pada Bulan Bung Karno di GBK tak ada bedanya dengan pendengung (buzzer).

Demokrat: Puisi Butet di Puncak Bulan Bung Karno Tak Beda Buzzer
Seniman Butet Kertaradjasa mejawab pertanyaan awak media saat jumpa pers pementasan teater berlakon 'Para Pensiunan' di Surabaya, Jawa Timur, Kamis (5/12/2019). ANTARA FOTO/Didik Suhartono/hp.

tirto.id - Deputi Bappilu DPP Partai Demokrat, Kamhar Lakumani menilai pembacaan puisi oleh Butet Kartaredjasa pada puncak peringatan Bulan Bung Karno di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta pekan lalu tak ada bedanya dengan pendengung atau buzzer.

Dalam puisi tersebut, Butet menyebut ada orang yang tengah dibidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) namun berkoar-koar mau dijegal.

"Butet yang sebenarnya seperti yang bisa disaksikan bersama pada video yang telah beredar saat tampil di GBK, tak ada bedanya dengan buzzerRp," kata Kamhar saat dihubungi reporter Tirto, Kamis (29/6/2023).

Kamhar mengatakan pada era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono alias SBY, Butet begitu kritis melalui program Sentilan-Sentilun yang ditayangkan salah satu stasiun televisi berita. Program TV itu sukses membangun citra Butet sebagai seorang budayawan, seniman, dan intelektual.

Bagi Demokrat, kata Kamhar, itu semua hanya topeng dan sandiwara belaka. "Sepandai-pandainya bersembunyi di balik topeng dan bersandiwara, akhirnya ketahuan juga," ujarnya.

Oleh karena itu, Kamhar menilai wajar bila banyak pihak yang mempertanyakan status Butet sebagai seniman maupun budayawan pada puncak peringatan Bulan Bung Karno di Stadion GBK Jakarta, Sabtu (24/6/2023).

"Tak kurang juga yang menyebut Butet hanya ‘penjilat',"kata dia.

Dalam keterangan terpisah, Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Deddy Sitorus mengatakan puisi yang dibacakan oleh Butet tersebut adalah kritik yang datang dari seorang budayawan. Oleh sebab itu, kata Deddy, para politisi tidak perlu baper mendapat kritikan tersebut.

“Butet itu seniman yang sudah sangat berpengalaman, apa pun yang dia sampaikan adalah suara hatinya... Menurut saya anggap saja itu suara budayawan, kritik itu hal yang biasa sehingga tidak perlu baperan," kata Deddy saat dihubungi reporter Tirto, Senin (26/9/2023).

Deddy juga meminta masyarakat supaya tak perlu berlebihan dalam merespons puisi Butet tersebut. Deddy membandingkan dengan PDIP dan Presiden Joko Widodo yang juga banyak mendapat kritik.

“PDIP dan Pak Jokowi setiap hari dikritik dan di-bully kita gak ambil pusing, masa satu puisi saja bikin gerah? Itu namanya baperan," kata Deddy.

Butet Kartaredjasa membacakan puisi di acara puncak peringatan Bulan Bung Karno di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta. Butet menyindir ada kelompok yang hanya menginginkan "perubahan".

"Di sini semangat meneruskan, di sana maunya perubahan. Oh begitulah sebuah persaingan," kata Butet di GBK, Senayan, Jakarta, Sabtu (24/6/2023).

Butet juga menyinggung ihwal banjir yang disebut sebagai "air yang parkir".

"Di sini nyebutnya banjir, di sana nyebutnya air yang parkir. Ya begitulah kalau otaknya pandir," tuturnya.

Selain itu, Butet menyinggung ada orang yang dibidik KPK tapi berkoar-koar mau dijegal.

"Pepes ikan dengan sambel terong, semakin nikmat tambah daging empal. Orangnya diteropong KPK karena nyolong, eh lah kok koar-koar mau dijegal," tutur Butet.

Baca juga artikel terkait PUISI BUTET KARTAREDJASA atau tulisan lainnya dari Fransiskus Adryanto Pratama

tirto.id - Politik
Reporter: Fransiskus Adryanto Pratama
Penulis: Fransiskus Adryanto Pratama
Editor: Gilang Ramadhan