tirto.id - Peneliti Saiful Mujani Research Centre (SMRC) Sirajudin Abbas menyatakan pertemuan antara Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono di Cikeas Kamis (27/7/2017) lalu belum tentu mengindikasikan bahwa Demokrat akan mengusung Prabowo di 2019.
“Belum tentu. Soal hubungan di militer sendiri Pak SBY itu kan salah satu yang mengusulkan Prabowo itu dipecat dari militer. Artinya, dianggap punya masalah di antara etik. Kalau mau usung Prabowo ada problem etik, ada problem sejarah. Meskipun politik mungkin, serba kemungkinan mengusung Prabowo ya mugkin saja,” kata Sirajudin di D’hotel, Sultan Agung, Menteng, Jakarta Pusat (30/7/2017).
Ia menilai, masih terlalu dini untuk menyimpulkan SBY mendukung Prabowo di Pilpres. Sirajudin pun menyatakan terlalu jauh untuk menganggap pertemuan antara kedua ketua partai tersebut sebagai sebuah langkah untuk membentuk koalisi dalam Pilkada 2018 dan Pilpres 2019. Melainkan, menurut Sirajudin, pertemuan SBY dan Prabowo tak lebih sebagai langkah awal untuk rekonsiliasi politik keduanya.
“Belum sejauh itu saya kira. Tapi yang paling penting bahwa komunikasi baru mulai dibuka oleh Gerindra dan Demokrat. Oleh karena itu belum masuk pada wilayah yang sedetail itu.
Baca juga: Nasi Goreng SBY Luluhkan Prabowo
Secara simbolik, Sirajudin menjelaskan, sinyal yang disampaikan Demokrat dan Gerindra secara keseluruhan sifatnya positif. Keduanya sedang memulai fase baru dalam hubungan personal SBY dan Prabowo yang mungkin bisa punya efek pada hubungan positif di tingkat partai.
“Jadi baru itu saja. Belum bisa disimpulkan akan punya implikasi pada kerjasama yang lebih luas atau yang lebih operasional, misalnya pada pencalonan Pilkada atau pilpres. Belum sejauh itu,” kata Sirajudin.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Politisi Golkar Ace Hasan Syadzily. Ace menyatakan pertemuan tersebut tidak bisa dimaknai sebagai sebuah bentuk koalisi di antara kedua partai. Karena, menurutnya, dari rekam jejak SBY dan Prabowo tidak pernah bertemu secara politik.
“Saya kira juga tidak bisa disimpulkan sebagai sebuah langkah koalisi. Karena sesuai yang disampaikan oleh beberapa politisi Demokrat sendiri bahwa, proses yang terjadi pada pertemuan kemarin adalah sesuatu yang masih sangat awal. Bahwa kalau kita lihat dalam Pilpres yang kemarin, rekam jejak dari Pak Prabowo dan Pak SBY mereka akan kita tahu bawha tidak bertemu,” kata Ace.
Baca juga: Pertemuan SBY-Prabowo Dinilai Berpeluang Ciptakan Koalisi
Ace juga menyampaikan, kalau pun ada pembicaraan di antara keduanya tentang Pilpres 2019 toh masih ada Pilkada 2018 yang menurutnya akan menjadi perhatian elit politik dan ketua partai di negeri ini. Mengingat, menurutnya, dalam Pilkada 2018 mayoritas yang menyelenggarakan adalah tingkat provinsi.
“Asumsinya kalau dukungan politik dalam Pilkada ini dapat baik secara elektoral, maka baik juga untuk Pilpres 2019 nanti. Oleh karena itu dalam pandangan saya bahwa proses koalisi politik saat-saat ini masih sangat cair,” kata Ace.
Sementara itu, Politisi PKB Mama Imanulhaq memandang Prabowo tidak akan kembali mencalonkan diri sebagai presiden di 2019. Melainkan, menurutnya, dalam Pilpres 2019 nanti yang akan bertarung adalah tokoh-tokoh muda.
“Kalau menurut saya 2019 nanti adalah pertarungan politik sejati. Karena yang bertarung adalah tokoh-tokoh yan lebih muda. Orang-orang seperti Pak Prabowo tidak akan mencalonkan lagi. Tapi sudah akan menjadi King Maker,” kata Maman.
Perlu diketahui, Prabowo Subianto telah mencalonkan diri sebanyak tiga kali sebagai presiden, yakni pada 2004, 2009, dan 2019. Di ketiganya Prabowo kalah. Sebaliknya, SBY pada Pilpres 2004 dan 2009 menjadi pemenang dan dua periode menjadi presiden RI.
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Dipna Videlia Putsanra