tirto.id - Massa aksi di Kota Solo turut menyuarakan kekecewaan sekaligus kritik ihwal hasil rapat Baleg DPR RI pada Rabu (21/8/24) yang dianggap membangkang pada putusan Mahkamah Konstitusi (MK). Demo pada Kamis (22/8/24) siang itu digelar di dua titik, yakni Bundaran Gladak dan depan Gedung Balaikota Surakarta.
Mayoritas massa aksi ini adalah mahasiswa dari berbagai universitas di Solo, seperti Universitas Sebelas Maret (UNS), Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta (UIN), Universitas Slamet Riyadi (UNISRI), dan Universitas Duta Bangsa. Selain itu terdapat perwakilan dari beberapa organisasi eksternal kampus.
Aksi dimulai sekitar pukul 13.30 di Bundaran Gladak. Perwakilan mahasiswa secara bergantian melakukan orasi dan membaca puisi.
“Katanya Kota Solo adalah kota ternyaman. Tapi hari ini, kita dipertontonkan kebusukan karena (perilaku) Jokowi yang berasal dari Solo,” kata Reyhan, perwakilan dari Unisri.
Dalam orasi-orasinya, mereka menyuarakan bahwa demokrasi Indonesia telah mati karena dinasti politik yang dilakukan Presiden Joko Widodo.
“Bayangkan saja ketika Ketua RT Anda membagikan bantuan hanya untuk keluarganya. Bayangkan (saat ini) itu dilakukan oleh presiden yang menjadikan anaknya sebagai gubernur,” kata salah satu perwakilan dari GMNI dalam orasinya.
Massa aksi juga membawa berbagai spanduk, beberapa di antaranya bertuliskan "Pulangkan Jokowi" dan "Selamatkan Indonesia.”
Kemudian, sekitar pukul 14.30 aksi dilanjutkan dengan berjalan mundur dari Bundaran Gladak ke depan Gedung Balaikota Surakarta. Di sana, mereka kembali berorasi dan menyampaikan aspirasi mereka.
Berdasarkan pantauan kontributor Tirto, aksi berjalan aman dan kondusif saat berpindah dari Bundaran Gladak ke Balaikota Surakarta.
Penulis: Adisti Daniella Maheswari
Editor: Abdul Aziz