tirto.id - Gas air mata sering kali digunakan polisi untuk mengendalikan aksi massa, kerusuhan hingga keramaian.
Sebab gas air mata umumnya dianggap sebagai cara dengan risiko rendah untuk mengelola kerusuhan, tetapi masih ada beberapa perdebatan tentang kapan harus digunakan.
Di Indonesia, gas air mata sering kali digunakan oleh kepolisian, seperti saat aksi penolakan UU Cipta Kerja Omnibus Law di beberapa daerah.
Apa itu gas air mata?
Dirilis dari laman BBC, gas air mata biasanya berasal dari gas kimia yang digunakan untuk melumpuhkan dengan menyebabkan iritasi pada mata atau sistem pernapasan.
Gas air mata bisa disimpan dalam bentuk semprotan maupun granat.
Gas air mata atau yang disebut juga lacrimator mengandung zat yang dapat mengiritasi selaput lendir mata dan menyebabkan munculnya sensasi menyengat dan air mata, seperti dilansir Encyclopedia Britannica.
Zat yang paling sering digunakan sebagai gas air mata adalah senyawa halogen organik sintetik.
Isi gas air mata bukan benar-benar "gas" melainkan cairan atau padatan yang dapat tersebar halus ke udara dengan cara semprotan, generator, granat, dan lain-lain.
Dua kandungan gas air mata yang paling sering digunakan adalah ω-chloroacetophenone atau CN dan o-chlorobenzylidenemalononitrile atau CS.
CN adalah komponen utama dari aerosol Mace dan banyak digunakan untuk menangani kerusuhan. Kandungan ini sangat mempengaruhi mata.
Dampak gas air mata
CS adalah iritan yang lebih kuat dan menyebabkan sensasi terbakar di saluran pernapasan dan mata otomatis akan menutup.
Namun, efek CS akan hilang lebih cepat setelah 5-10 menit menghirup udara segar. Senyawa lain yang digunakan atau disarankan untuk digunakan dalam gas air mata adalah bromoacetone, benzyl bromide, ethyl bromoacetate, xylyl bromide, dan α-bromobenzyl cyanide.
Guru Besar Ilmu Kesehatan Mata, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada (FK UGM) Yogyakarta, Prof. Suhardjo saat dihubungi redaksi Tirto mengatakan jika melihat kandungannya, gas air mata seharusnya tidak berbahaya.
"Mestinya tidak berbahaya. Hanyalah timbulkan iritasi pada konjungtiva. Jadi tidak mengganggu penglihatan. Iritasi konjungtiva, mirip belekan," ujarnya.
Cara mengatasi jika terkena gas air mata
Suhardjo mengatakan untuk mengatasi dampak gas air mata Anda bisa memberikan tetes mata hingga terasa membaik.
"Diberikan cenfresh tetes mata tiap 1 jam, sampai terasa enak," katanya.
Sedangkan menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, Anda harus segera menjauh dari sumber gas air mata setelah terpapar dan mencari udara segar, sepertdi dilansir Healthline.
Uap dari gas air mata mengendap juga dapat di tanah, jadi sebaiknya cari tempat yang tinggi jika memungkinkan.
Selain itu, sebaiknya singkirkan pakaian yang mungkin telah terkontaminasi dan mandi dengan sabun dan air untuk menghilangkan uap dari kulit Anda.
Anda dapat menjernihkan mata dengan membilasnya menggunakan air sampai gas air mata benar-benar hilang.
Apa yang harus dilakukan untuk mencegah efek gas air mata?
Komplikasi gas air mata bisa semakin parah jika Anda terlalu lama terpapar gas tersebut.
Meminimalkan durasi kontak terhadap gas dengan menjauh secepat mungkin dapat mengurangi risiko timbulnya efek samping yang lebih parah.
Anda mungkin dapat meminimalkan paparan gas air mata dengan menutupi mata, mulut, hidung, dan kulit Anda sebanyak mungkin.
Selain itu bisa juga mengenakan syal atau bandana di hidung dan mulut guna membantu mencegah sebagian gas memasuki saluran pernafasan Anda. Kemudian tak kalah pentingnya gunakanlah kacamata agar dapat membantu melindungi mata Anda.
Haruskah ke dokter akibat terkena gas air mata?
Kebanyakan orang sembuh dari gas air mata tanpa komplikasi. Meskipun begitu orang yang terpapar dosis besar atau yang memiliki kondisi medis tertentu yang sudah ada sebelumnya dapat mengalami gejala parah seperti gagal napas, kebutaan, dan bahkan kematian.
Jika Anda terkena gas air mata, dan kondisi semakin memburuk maka Anda harus segera mencari pertolongan medis agar dapat dipantau oleh profesional medis.
Editor: Agung DH