tirto.id - Debat perdana Pilkada Jawa Barat 2024 digelar di Graha Sanusi Hardjadinata Universitas Padjadjaran, Kota Bandung, Senin (11/11/2024) malam.
Empat pasangan calon (paslon) gubernur dan wakil gubernur beradu gagasan. Mereka adalah pasangan nomor urut 1, Acep Adang Ruhiat-Gitalis Dwi Natarina; pasangan nomor urut 2, Jeje Wiradinata-Ronal Surapradja; pasangan nomor urut 3, Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie; dan pasangan nomor urut 4, Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan.
Tema debat kali ini adalah “Membangun Jawa Barat Menuju Masyarakat Digital yang Sejahtera dan Berdaya Saing Global”.
Pada segmen pertama, para paslon memaparkan visi-misi. Kemudian pada segmen ke-2, para paslon membahas masalah TBC di Jawa Barat, mentalitas dan karakter generasi muda, reformasi birokrasi, dan pengembangan talenta digital.
Para kandidat memiliki pandangan berbeda terkait penanganan TBC. Acep mengusulkan penggunaan skrining digital dan kartu keluarga bahagia untuk mendukung pasien TBC. Jeje menekankan pentingnya lingkungan yang sehat, sementara Syaikhu menyoroti pentingnya kota bebas rokok dan revitalisasi posyandu. Dedi mengusulkan diagnosa dini untuk anak-anak yang berisiko.
Untuk kasus narkoba, Jeje menganggap pendidikan dan kerukunan keluarga sebagai kunci pencegahan. Sementara Syaikhu menekankan pentingnya kolaborasi berbagai pihak. Dedi menekankan tindakan hukum tegas, dan Acep menyarankan penanganan berbasis digital dan rehabilitasi.
Dalam hal reformasi birokrasi, Acep dan Syaikhu berfokus pada integrasi digital pelayanan publik, sedangkan Dedi mengusulkan tenaga teknis yang mumpuni untuk mengatasi masalah. Jeje menekankan pentingnya leadership dalam implementasi sistem digital.
Terkait talenta digital, Dedi berfokus pada pendidikan untuk mempersiapkan generasi muda, Acep menawarkan pelatihan sertifikasi digital, Jeje mengusulkan pendirian SMK dengan biaya pendidikan yang terjangkau, dan Syaikhu mengusulkan coworking space dan internet gratis untuk mendukung generasi muda.
Khusus pada segmen 3 dan 4, topik yang diangkat adalah tentang kemiskinan dan pengangguran.
Pada dua segmen ini setiap paslon mengutarakan ide dan strateginya untuk mengatasi kemiskinan dan pengangguran, terutama pada kelompok usia muda.
Suasana ruang debat menjadi riuh dengan sorak-sorai penonton yang mencapai ratusan, terdiri dari pendukung masing-masing paslon. Beberapa kali moderator bahkan meminta hadirin tenang agar debat bisa berjalan kondusif.
Adu Janji Buka Lapangan Kerja
Salah satu topik debat yang tajam adalah persoalan pengangguran dan kemiskinan di Jawa Barat. Moderator menyampaikan pertanyaan pertama mengenai tingkat pengangguran terbuka, terutama pada kelompok usia 15 hingga 24 tahun.
“Strategi apa yang akan Anda lakukan untuk menurunkan tingkat pengangguran terbuka pada kedua kelompok umur tersebut?” tanya moderator.
Cawagub Ilham Habibie yang mendampingi Ahmad Syaikhu menjelaskan bahwa pengangguran dapat diatasi dengan mendorong pembangunan industri yang merata. Menurutnya, hilirisasi hasil bumi dan hasil laut akan menciptakan lapangan pekerjaan yang besar.
“Kami sadar dalam 5 tahun mendatang kami bisa menampung banyak orang yang menganggur. Maka, kami harus mengirim orang keluar yang skill valuable agar Jabar mengudara. Kami juga akan memberikan kredit ASIH kepada rakyat,” ucap Ilham.
Di sisi lain, Cawagub Erwan Setiawan, pasangan dari Dedi Mulyadi, menawarkan solusi yang lebih fokus pada pendidikan vokasi.
“Di Jawa Barat ini banyak industri, tapi masih banyak tenaga kerja dari luar. Maka dari itu, kami akan membangun SMK istimewa di sekitar wilayah industri, kerja sama dengan perusahaan, supaya lulusan bisa langsung bekerja di industri yang ada di sekitarnya,” ujarnya.
Tidak kalah ambisius, Cawagub Gitalis Dwinatarina, pasangan Acep Adang Ruhiat, berjanji untuk membuka satu juta lapangan kerja baru. Ia juga menekankan akan membuka peluang usaha bagi ibu-ibu dan janda di Jawa Barat.
“Bahagia itu tidak ada lagi yang menganggur, tidak ada lagi yang miskin. Maka, kami pastikan akan membahagiakan buruh, petani, nelayan, dan UMKM. Kami akan menciptakan satu juta lapangan kerja baru, kartu wirausaha untuk pra-kerja, serta 50 ribu peluang usaha baru untuk ibu-ibu dan para janda,” jelas Gitalis.
Sementara Cawagub Ronal Surapradja, pasangan Jeje Wiradinata, melontarkan gagasan mendirikan sekolah vokasi yang disebut "Seblak" (Sekolah Berbasis Latihan Kerja). Menurutnya, banyak pengangguran yang tidak memiliki keterampilan yang dibutuhkan pasar.
“Solusi kemiskinan dan pengangguran di Jabar adalah ‘Seblak’. Bukan makanan, tapi Sekolah Berbasis Latihan Kerja. Mereka menganggur karena tidak punya keterampilan. Dengan membangun sekolah berbasis latihan kerja, mereka akan memiliki keahlian yang bisa diserap pasar,” kata Ronal. Ia menambahkan bahwa pihaknya akan menyiapkan 1,5 juta lapangan kerja di Jabar.
Tidak lama setelah mendengar ide-ide tersebut, Ilham Habibie menanggapi bahwa kunci utama dalam menurunkan pengangguran dan kemiskinan adalah melalui kolaborasi antara sektor pemerintah dan dunia usaha.
“Dengan kolaborasi ini kami yakin bisa menciptakan 3 juta lapangan pekerjaan. Asalkan kita memiliki kerja sama lintas sektor yang baik,” ujarnya.
Pada segmen tanya jawab antara calon gubernur, Acep Adang yang merupakan cagub nomor urut 1, meminta Syaikhu (cagub nomor urut 3) untuk memberikan penjelasan lebih mendalam mengenai langkah-langkah yang akan diambil untuk mengatasi kemiskinan, kebodohan, dan pengangguran di Jawa Barat.
Syaikhu menjawab dengan merinci tiga program unggulan yang mereka tawarkan, yaitu program satu desa satu industri, pengembangan SDM, dan kolaborasi dengan dunia usaha serta lembaga pendidikan.
“Kami akan mengembangkan satu desa satu industri dan membuka jaringan bagi anak-anak muda yang berpotensi agar bisa berkarier di luar negeri,” katanya.
Syaikhu menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah provinsi, pusat, kabupaten, dan sektor swasta dalam membuka peluang pekerjaan di Jawa Barat.
“Kolaborasi harus dilakukan baik antara provinsi dengan pusat, provinsi dengan kabupaten, dengan dunia usaha, dan seluruh stakeholder,” ujar Syaikhu.
Acep Adang sepakat dengan ide tersebut dan menegaskan pentingnya pelayanan publik yang maksimal, khususnya kepada masyarakat yang kurang beruntung.
“Kami ingin membahagiakan para buruh, petani, nelayan, dan pelaku UMKM. Kami akan membuka satu juta lapangan kerja baru, kartu wirausaha, dan 50 ribu peluang usaha baru untuk ibu rumah tangga,” ungkap Acep.
Syaikhu juga mengapresiasi respons Acep yang menunjukkan komitmen untuk mendukung program-program pengentasan kemiskinan.
"Terima kasih atas kesepakatan cagub nomor 1, ini membuktikan kunci sukses untuk tiga program unggulan tadi adalah kolaborasi di antara kita. Kolaborasi harus dilakukan baik antara provinsi dengan pusat, provinsi dengan kabupaten, dengan dunia usaha dan seluruh stakeholder," tutup Syaikhu.
Pada Segmen 5, diskusi berlanjut dengan Ronal dan Ilham yang membahas reformasi birokrasi. Ronal menekankan pentingnya digitalisasi dalam mengurangi korupsi, sementara Ilham berpendapat bahwa reformasi birokrasi harus melibatkan semua sektor untuk mencapai perubahan yang menyeluruh.
Pada tema pengembangan creative center, Erwan dan Ilham berbicara tentang pentingnya fasilitas yang mendukung talenta muda. Ilham menyoroti perlunya pusat-pusat kreativitas untuk mempercepat perkembangan potensi generasi muda.
Di bagian akhir, yakni pada Segmen 6, Acep dan Gita, serta Syaikhu dan Ilham, memberikan penutupan masing-masing.
Acep menekankan pentingnya perhatian terhadap keluarga dan generasi muda, sementara Gita memberikan janji untuk mengatasi masalah depresi anak di Jabar.
Syaikhu dan Ilham mengakhiri debat dengan komitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan kesejahteraan di Jabar. Dedi dan Erwan menyampaikan bahwa permasalahan Jawa Barat, seperti kemiskinan dan ketidakmampuan masyarakat, harus diselesaikan bersama Erwan Setiawan.
"Jabar Istimewa adalah jawabannya," tegas Dedi. Sementara Jeje dan Ronal menegaskan pentingnya konsolidasi antara pemerintah daerah untuk mengatasi disparitas dan memajukan Jawa Barat.
Penulis: Dini Putri Rahmayanti
Editor: Irfan Teguh Pribadi