Menuju konten utama

Debat Kedua Pilpres, Prabowo Bakal Kritik Strategi Ketahanan Energi

Prabowo diperkirakan bakal menggunakan strategi menyerang Jokowi saat debat kedua pilpres 2019.

Debat Kedua Pilpres, Prabowo Bakal Kritik Strategi Ketahanan Energi
Calon Presiden Nomor Urut 02 Prabowo Subianto menyampaikan pidato kebangsaan "mewujudkan swasembada energi pangan dan air" di Hotel Po, Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (15/2/2019). tirto.id/Irwan A. Syambudi

tirto.id - Tim ahli energi dan pangan Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Sudirgo Purbo, mengatakan, Prabowo bakal mengkritisi kebijakan capres nomor urut 01, Joko Widodo.

"Saya rasa mungkin dikritisi, karena tidak semua [kebijakan Jokowi] berjalan dengan baik. Seperti yang saya sampaikan, konsep (BBM) satu harga, itu baik, bagus dan dari dulu sudah jalan. Dari Papua dulu pas Orde Baru satu harga dengan di SPBU. Tapi kalau stoknya enggak ada, (akhirnya) terjadi hukum rimba, artinya di luar SPBU udah diborong, berarti di luar harga berapa beda," jelas dia di Jakarta, Jumat (15/2/2019).

Ia juga menjelaskan, Prabowo bakal konsen mengkritisi kebijakan BBM satu harga yang tak dilengkapi dengan konsep ketahanan energi, sehingga tak cukup untuk masyarakat.

"Hal yang sama, dengan konsep satu harga itu, kalau tidak didukung dengan konsep energy security availablity stock itu percuma. Nah, tentunya kita harus berupaya meningkatkan stok nasional itu," kata dia.

Ia juga memaparkan strategi terbaik yang bisa dilakukan yaitu mencampur BBM dengan kepala sawit. Hal ini, kata dia, membuat Prabowo memiliki strategi untuk memaksimalkan produksi sumber energi terbarukan di dalam negeri untuk menekan impor minyak.

"Salah satu strategi yang terbaik, misalnya solar kombinasi 20 persen dengan biodiesel dan biofuel dan segala upaya yang didapatkan dari sumber energi terbarukan khususnya ampas kelapa sawit dan tebu, itu ditingkatkan semaksimal mungkin. Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, seandainya itu sudah terpenuhi dari dalam negeri, barulah kita impor," jelas dia.

Ia menjelaskan, dengan skema tersebut, negara dapat berhemat. Sebabnya, belanja negara untuk impor BBM merupakan pengeluaran yang paling menggerogoti pendapatan.

"Ini artinya kita menguragi pengeluaran devisa yang eksesif. Karena faktor energi inilah kunci yang paling menggerogoti APBN kita menjadi defisit seperti ini. Kalau kita tidak manage ini secara maksimal mana yang kita bisa dapatkan dari dalam negeri, mana yang kita impor, neraca seperti ini yang harus kita inventarisasikan," kata dia.

Baca juga artikel terkait DEBAT CAPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Politik
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Zakki Amali