tirto.id - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengaku sedang mengawasi sejumlah perusahaan yang justru menaikkan impor solar di saat kebijakan Mandatori B20 sudah diperluas. Hal ini membuat neraca perdagangan di sektor migas terus menerus mengalami defisit sepanjang 2018.
"Ada [perusahaan] yang kami tahu impor solar malah naik dalam situasi seperti ini, yang lain semua turun, dia naik," kata Darmin di Hotel Raffles, Jakarta Selatan, Rabu (28/11/2018).
Sayangnya, mantan gubernur Bank Indonesia tersebut enggan menyebut perusahaan mana saja yang menaikkan impor solar. Ia juga mengaku belum tahu motif perusahaan-perusahaan itu menaikkan impor di saat pemerintah sedang berupaya menekan impor yang menyebabkan pelebaran defisit transaksi berjalan (CAD).
"Saya enggak mau bilang siapa itu," ujarnya.
Pengawasan soal sejumlah perusahaan yang impor solarnya mengalami peningkatan ini juga pernah disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KiTA pertengahan November lalu.
Berdasarkan data volume impor solar periode 1 September-13 November 2018 dari Direktorat Jenderal Bea Cukai, terjadi pertumbuhan sebesar 13,8 persen secara year on year. Pertumbuhan impor solar terbesar itu dilakukan oleh PT Pertamina (Persero) dan Exxonmobil Lubricants Indonesia.
"Karena kalau dilihat dari volume impor solar justru terjadi kenaikan 60 persen terutama dari Pertamina dan Exxon," kata Sri Mulyani saat itu.
Lantaran itu lah, kata Sri Mulyani, "Kami akan terus meminta agar Menteri ESDM (Ignasius Jonan) untuk melakukan monitoring [pengawasan]."
Penulis: Hendra Friana
Editor: Addi M Idhom