tirto.id - Inggris dilaporkan sedang mengalami krisis ekonomi di tengah isu banyak negara yang akan menghadapi resesi global tahun 2023. Bahkan sekolah-sekolah di Inggris memperingatkan, krisis itu berdampak pada anak-anak yang tidak mampu beli makan siang.
The Guardian melaporkan, kepala sekolah di seluruh Inggris mengatakan, anak-anak sangat lapar. Mereka bersembunyi di taman bermain karena tidak mampu membeli makan siang.
Para kepala sekolah mengatakan, pemerintah tidak peduli dengan sekolah ketika harus menghadapi krisis yang meningkat. Banyak sekolah di Inggris yang melihat kejadian "memilukan" pada anak-anak yang kelaparan.
Hal itu dilaporkan oleh Chefs in Schools, sebuah badan amal makan sehat yang melatih koki untuk dapur sekolah.
Sebuah sekolah di Lewisham, London tenggara, memberi tahu Chefs in Schools, tentang seorang anak yang "berpura-pura makan dari kotak makan yang kosong" karena mereka tidak mendapatkan makanan sekolah gratis dan tidak ingin teman-teman tahu kalau tidak ada makanan di sekolah.
Berdasarkan aturan di Inggris, semua anak sekolah balita berhak menerima makanan gratis dari di sekolah hingga tahun kedua. Tetapi, syarat itu hanya berlaku untuk anak-anak yang orang tuanya berpenghasilan kurang dari £7.400 per tahun.
Apa Penyebab Krisis Ekonomi di Inggris?
Politico melaporkan, perekonomian Inggris memiliki masalah struktural yang mendalam dan kurang daya saing sebagai tercermin dalam defisit transaksi berjalan yang lebih dari 8 persen dari PDB.
Selama bertahun-tahun, investasi di sejumlah hal juga berkurang, seperti layanan publik, pendidikan, perumahan dan transportasi sehingga membuat tenaga kerja tidak bergerak untuk mengisi kesenjangan yang ditinggalkan pekerja asing.
Kurangnya investasi dalam infrastruktur energi selama bertahun-tahun juga menyebabkan perekonomian bergantung pada impor energi. Inflasi meningkat, standar hidup turun dan pekerja mogok.
Selain itu, seperti dikutip The Guardian, reaksi internasional terhadap gejolak pasar keuangan telah membuat pound jatuh ke level terendah. Mereka pun mengecam kebijakan pemerintah yang baru.
Seorang wartawan New Yorker, John Cassidy menuliskan krisis itu semakin mengganggu Inggris karena datang begitu cepat setelah kematian Ratu Elizabeth II.
Menurut dia, perdana menteri, Liz Truss, dan kanselirnya, Kwasi Kwarteng, telah menjerumuskan Inggris ke dalam “kekacauan ekonomi yang baik”.
Editor: Iswara N Raditya