Menuju konten utama

Dampak Gempa Palu: 60 Orang Diduga Masih Tertimbun Reruntuhan Hotel

Pencarian korban terus dilakukan di Palu, Donggala, Sigi dan Parigi Moutong setelah gempa dan tsunami terjadi pada 28 September. Salah satu titik pencarian korban ialah bangunan Hotel Roa Roa di Palu yang ambruk.

Dampak Gempa Palu: 60 Orang Diduga Masih Tertimbun Reruntuhan Hotel
Tim SAR melakukan evakuasi korban gempa yang tertimbun reruntuhan bangunan hotel Roa Roa di Palu, Minggu (30/9/2018). ANTARA FOTO/BNPB.

tirto.id - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terus melakukan pendataan jumlah korban dan dampak kerusakan akibat gempa Palu dan Donggala yang terjadi 28 September lalu. Upaya untuk melakukan evakuasi terhadap para korban juga terus dilakukan oleh tim gabungan dan relawan.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengumumkan, menurut pendataan sementara hingga Minggu siang (30/9/2018), 832 korban tewas akibat gempa yang disertai tsunami tersebut. Dia menyatakan jumlah korban jiwa kemungkinan besar akan terus bertambah.

Data jumlah korban jiwa tersebut mayoritas hasil pendataan di Kota Palu. Dari 832 jiwa, tercatat 821 korban meninggal di Kota Palu. Hanya 11 korban tewas di Kabupaten Donggala yang terdata.

“Korban meninggal umumnya karena tertimpa bangunan dan diterjang tsunami,” kata Sutopo dalam jumpa pers di kantor BNPB, Jakarta, pada Minggu (30/9/2018).

Sutopo juga memaparkan jumlah sementara korban dengan luka berat yang dirawat di rumah sakit mencapai 540 jiwa. Sementara ini, jumlah pengungsi yang terdata di 24 titik berjumlah 16.732 jiwa.

Laporan BNPB menyebut, gempa dan tsunami pada 28 September lalu membawa dampak berat pada empat kawasan di Provinsi Sulawesi Tengah. Empat daerah itu: Palu, Donggala, Sigi dan Parigi Moutong. Selain di Palu, proses pendataan korban di tiga daerah lain masih terhambat oleh putusnya sambungan listrik dan jaringan komunikasi yang terganggu.

Sutopo menambahkan korban-korban meninggal akan segera dimakamkan secara massal untuk mencegah penyebaran penyakit. Korban yang dikubur harus sudah diidentifikasi melalui Disaster Victim Identification (DVI), face recognition dan sidik jari. Polda Sulteng dan Polri bertugas menangani identifikasi korban melalui DVI.

"Diperkirakan jumlah korban terus bertambah, karena masih banyak korban yang belum teridentifikasi, banyak korban diduga tertimbun bangunan runtuh dan daerahnya belum terjangkau Tim SAR," kata Sutopo.

Untuk pencarian korban, Tim Basarnas dan Tim Gabungan sedang melakukan pencarian korban pada sejumlah titik di Kota Palu yang mengalami dampak kerusakan parah. Salah satunya, di bangunan Hotel Roa Roa yang runtuh.

Sutopo menyatakan, sampai Minggu siang, diperkirakan ada 50 hingga 60 orang yang masih tertimbun reruntuhan bangunan Hotel Roa Roa. Sementara titik pencarian korban lain di Kota Palu ialah: Mall Ramayana, Restaurant Dunia Baru, Pantai Talise, Perumahan Balaroa. Pencarian korban juga dilakukan di bangunan-bangunan runtuh lainnya.

Berdasar laporan wartawan Tirto di Palu, Arbi Sumandoyo, Perumahan Nasional (Perumnas) Balaroa kini rata dengan tanah. Sebanyak 90 warga di perumnas itu dilaporkan masih hilang. Perumnas di Palu Barat ini ditelan air dan lumpur yang muncul usai gempa. Tanah di perumnas itu mendadak amblas tak lama setelah gempa besar terjadi.

"Setelah goncangan tanah, [rumah] langsung amblas ke bawah. Orang teriak-teriak," ujar Jum (40), warga Jalan Seruni 1, Balaroa.

Gubernur Sulawesi Tengah menetapkan masa tanggap darurat akibat bencana gempa serta tsunami di provinsinya selama 14 hari atau sejak 28 September sampai 11 Oktober 2018.

Baca juga artikel terkait GEMPA PALU DAN DONGGALA atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom