tirto.id - Pemerintah memangkas Daftar Negatif Investasi (DNI) menjadi 6 bidang usaha dari sebelumnya 20 bidang usaha. Tak hanya itu, pemerintah juga ingin mengubah istilah DNI menjadi DPI yang berarti Daftar Positif Investasi (DPI).
Rencana ini direalisasikan dalam Perpres No. 44 Tahun 2016 yang berlaku per 2020 nanti.
“Tidak lagi menggunakan DNI, tapi daftar putih [daftar positif],” ucap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat memberikan sambutan dalam acara US-Indonesia Investment Summit 2019 di Hotel Mandarin, Kamis (21/11/2019).
Airlangga memperkirakan ada enam bidang usaha yang masih ditutup untuk penanaman modal ini, yakni ganja, perjudian, industri chlor alkali dengan proses merkuri, penangkapan Spesies dalam daftar CITES, pengambilan koral dari alam, dan industri bahan kimia daftar-1 konvensi senjata kimia.
Selain relaksasi pada DNI, Airlangga juga memastikan pemerintah akan terus memperbaiki iklim investasi di Indonesia. Ia menyebutkan pemerintah telah menyiapkan satuan tugas percepatan investasi, implementasi tax holiday dan super deduction tax, sampai Omnibus Law.
“Pemerintah juga tengah menyiapkan Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja, yang bertujuan untuk semakin menyederhanakan proses perizinan,” ucap Airlangga.
Direktur Pelaksana Kamar Dagang Amerika-Indonesia (AmCham Indonesia), Lin Neumann pun menyambut langkah ini. Ia bilang perbaikan ini cukup signifikan
"Saya pikir ini bagus. Kami perlu melihat regulasinya ketika ditanda-tangani presiden. Daftar positif lebih baik dari daftar negtif. Jadi Airlangga membuat ide yang benar dan tau benar cara menarik investor,” ucap Lin Neumann kepada wartawan saat ditemui di sela acara US-Indonesia Investment Summit 2019 di Hotel Mandarin, Kamis (21/11/2019).
Menurutnya, kebijakan ini akan menguntungkan kedua belah pihak. Ia menyoroti peran asing dapat memperbaiki kualitas pendidikan seperti di kampus maupun kualitas layanan kesehatan.
“Jika pemerintah membiarkan partner asing masuk ke sektor kesehatan, maka dapat meningkatkan layanan kesehatan buat orang Indonesia,” ucap Lin Neumann.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti