tirto.id - Setiap pergi ke restoran ataupun warung makan yang menyediakan menu daging ayam, konsumen pasti akan diberi pertanyaan: dada atau paha? Ada beberapa orang yang tidak mempermasalahkan dapat bagian apa, tetapi ada juga yang selalu memilih bagian-bagian tertentu. Konsumen ini biasanya menolak jika diberi bagian daging yang tidak suka dia santap. Berlebihan?
Memilih bagian daging ayam yang hendak disantap bisa jadi seperti sebuah idealisme. Mereka biasanya menghubungkannya dengan kesehatan. Ada yang beranggapan bagian dada lebih aman ketimbang paha, karena menjadi titik pusat suntikan antiobitika ayam. Namun, ada pula yang tidak peduli yang penting lezat.
Dalam sebuah survei online di Kanada dalam laman www.tellwut.com, belum lama ini terungkap dari 1.465 peserta yang menentukan sikap terhadap bagian daging ayam favoritnya, sebanyak 52 persen netizen menempatkan dada ayam jadi bagian favorit mereka, 17 persen memilih paha, 13 sayap, 10 persen kaki, dan 8 persen bagian lain. Di negara-negara maju, bagian paha “dark meat” memang sering dianggap tak sehat.
Sementara itu, dari penelitian Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran pada September 2015 yang berjudul “Pola Konsumsi Daging Ayam Broiler Berdasarkan Tingkat Pengetahuan dan Pendapatan Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran” terhadap sampel 30 responden, justru sebaliknya, sebanyak 36,67 persen responden memilih bagian paha atas yang paling disukai, 30 persen memilih dada ayam, dan 16,67 persen paha bawah dan sayap.
Dada ayam diminati oleh responden karena banyak mengandung daging dan empuk. Sementara bagian paha atas juga banyak diminati oleh responden karena bagian ini selain terdapat daging yang cukup banyak juga terdapat kulit yang banyak lemak dan gurih.
Dua survei tadi membuktikan bahwa bagian dada dan paha ayam menjadi pilihan utama konsumen. Dada dan paha ayam memang yang paling populer dari sekian banyak bagian ayam lainnya. Dari sebuah formulir angket BPS soal harga makanan dan minuman cepat saji terhadap berbagai perusahaan, ayam goreng menempati urutan pertama, dan hanya disodorkan dua jenis pilihan yaitu paha dan dada ayam.
Secara nutrisi, bagian dada dan paha ayam memiliki perbedaan. Dipacak dari laman fatsecret.co.id, untuk setiap 100 gramnya, dari kadar angka kecukupan gizi (AKG) yang dihitung dari Angka Kebutuhan Gizi 2000 kalori, untuk daging ayam bagian dada mencapai 9 persen, sedangkan paha hanya 8 persen. Untuk urusan kandungan kolesterol, bagian paha ayam lah juaranya.
Ini tentunya jadi hal penting bagi yang sangat perhatian dengan asupan makanan dan kesehatan diri. Sementara itu, kandungan lemak baik itu lemak jenuh, maupun lemak tak jenuh, bagian dada ayam lebih tinggi daripada paha ayam. Dada ayam juga lebih kaya kalori dan protein daripada paha. Apakah ini menentukan pilihan seseorang?
Hasil riset Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran, menunjukkan responden yang pengetahuan soal gizi yang kategorinya sedang-sedang saja, jumlahnya mencapai 53,33 persen, dengan kategori yang banyak tahu soal gizi mencapai 26,67 persen, dan kategori kurang tahu 20 persen.
Dari riset ini terungkap, kategori responden dengan tingkat pengetahuan yang gizi tinggi, memilih paha bawah yang paling disukai. Sementara itu, paha atas paling menjadi favorit responden dengan tingkat pengetahuan gizi sedang-sedang saja. Sedangkan pada kategori tingkat pengetahuan soal gizi yang rendah, justru bagian dada ayam yang paling diminati.
Studi ini menyimpulkan bahwa pada dasarnya konsumen tidak memperhatikan nilai gizi yang terkandung dan kemampuan mereka terhadap pengetahuan gizi yang dimilikinya saat memilih bagian daging ayam yang mereka konsumsi. Persoalan memilih dada dan paha ayam memang lebih karena selera.
Namun, persoalan selera ini pula yang menjadi masalah dan menentukan industri perunggasan di negara-negara berkembang. Pada pertengahan Oktober lalu, Ketua Asosiasi Perunggasan Afrika Selatan Kevin Lovell mengungkapkan uneg-unegnya soal impor daging ayam untuk bagian paha dan kaki yang biasa dijuluki dengan istilah “leg quarters”, “waste”, “leftovers” atau “dark meat” yang berharga murah dari negara maju Eropa ke Afrika Selatan. Ini menjadi ancaman bagi tenaga kerja sektor perunggasan di negaranya.
“Negara maju lebih memilih daging ayam bagian dada daripada paha, dan terjadi surplus dark meat,” kata Lovell.
Jadi, pilih dada atau paha?
Penulis: Suhendra
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti