tirto.id - CEO Cyrus Network Hasan Nasbi menilai keriuhan kampanye pasangan capres-cawapres, Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandi di media sosial telah mencapai titik jenuh dan tidak akan terlalu berguna untuk menjaring pemilih.
Hal itu ia katakan berdasarkan survei Cyrus Network mulai 18 sampai 23 Januari 2019 tentang aktivitas responden pengguna medsos terkait wacana Pilpres.
"Kampanye politik di media sosial secara umum memang terlihat sangat ramai dan panas, begitu juga melalui pesan berantai. Namun, tampaknya populasi orang yang terlibat tidak berkembang, dan cenderung jenuh," ujarnya saat diskusi bertajuk "Pertarungan Darat dan Medsos Capres-Cawapres 2019", di Kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (28/2/2019).
Ia juga mengungkapkan beberapa alasan terkait hal tersebut. Pertama, terlihat jelas bahwa pemilih yang terkoneksi dengan medsos hanya 39,2 persen, sedangkan yang tidak terkoneksi sebanyak 60,8 persen.
Bahkan, dari pemilih yang terkoneksi, keikutsertaan pada jenis medsos yang ada di Indonesia terlihat minim. Yaitu, pengguna WhatsApp 33,4 persen; kemudian Facebook 32,4 persen; lalu Instagram 14,1 persen, dan Line 6,0 persen.
Selain itu, Twitter yang begitu terasa dengan perang tanda pagar (tagar) pun justru menjadi paling minim, yakni sebanyak 3,7 persen.
"Jadi ini sebenarnya kampanye di sini [Twitter] enggak efektif-efektif amat. Tapi anehnya, ini yang justru menjadi favorit para politikus dan timses di Indonesia," kata Hasan.
Menurut survei yang ia dapat, pemilih yang mendapatkan informasi seputar Pilpres di Facebook hanya 25,5 persen; sedangkan WhatsApp 17,6 persen; kemudian Instagram 9,3 persen; lalu Line 3,7 persen; dan terakhir Twitter 2,8 persen.
Responden survei ini sebanyak 1.230 orang yang berasal dari 123 desa atau kelurahan di 34 provinsi se-Indonesia.
Tingkat kepercayaan survei ini sebesar 95 persen dengan margin of error dalam survei ini plus minus 3 persen. Artinya, persentase dalam survei bisa bertambah atau kurang sekitar 3 persen.
Metode survei menggunakan multistage random sampling. Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka.
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Alexander Haryanto