Menuju konten utama

Cuaca Ekstrem Telah Jadi “Kondisi Normal”

Cuaca Ekstrem Telah Jadi “Kondisi Normal”

tirto.id -

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) Ban Ki-moon, pada Rabu (23/3/2016), memperingatkan bahwa cuaca ekstrem saat ini telah menjadi "kondisi normal yang baru", sembari mengatakan bahwa aksi iklim yang berani sangat diperlukan saat ini untuk "menghadapi masa depan.”

"Hanya dengan menanggapi secara positif terhadap tantangan cuaca ini lah kita dapat menghindari dampak terburuk perubahan iklim dan meletakkan landasan bagi dunia yang damai, makmur dan berisi peluang buat semua," kata Ban Ki-moon di dalam pesannya untuk memperingati Hari Meteorologi Dunia.

Ban Ki-moon memperingatkan bahwa celah kesempatan untuk membatasi kenaikan suhu global di bawah dua derajat Celsius, ambang batas yang ditetapkan dalam Kesepakatan Paris yang diadopsi pada bulan Desember 2015, menjadi semakin sempit dan menyusut.

Ia menambahkan bahwa dampak dari bertambah panasnya planet Bumi akan dirasakan oleh semua orang, termasuk naiknya permukaan air laut, dan peristiwa cuaca ekstrem, yang saat ini telah menjadi sebuah "kondisi normal yang baru.”

Pada 22 April, para pemimpin dunia akan berkumpul di Markas Besar PBB di New York, Amerika Serikat, untuk menandatangani Kesepakatan Paris, demikian laporan Xinhua, seperti yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis pagi.

"Tapi, sekalipun sebelum Kesepakatan [Paris] tersebut berlaku, setiap negara, setiap pengusaha dan setiap warga memiliki peran untuk dimainkan dalam memerangi perubahan iklim dan membangun masa depan yang berkesinambungan buat generasi saat ini dan masa depan," katanya.

Petteri Taalas, Sekretaris Jenderal Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), mengatakan bahwa saat ini, Bumi sudah satu derajat Celsius lebih panas dibandingkan dengan awal Abad 20, hal yang diangkat menjadi tema Hari Meteorologi Dunia tahun ini, "the Day: Hotter, drier, wetter: face the future".

"Perubahan iklim mempengaruhi lingkungan hidup manusia dan alam," katanya. "Buangan gas rumah kaca kita terus naik, dan temperatur di atmosfir yang lebih rendah serta samudra meningkat."

"Masyarakat internasional dengan suara bulat telah mengakui perlunya tindakan yang berani," kata Petteri.

Sejak tahun 1961, Hari Meteorologi Dunia diperingati setiap tahun pada tanggal 23 Maret 1950. Setiap tahun, perayaan tersebut berfokus pada tema yang hangat dan menarik.

Tema tahun ini - Hotter, drier, wetter: face the future – dipilih untuk menggambarkan realitas perubahan iklim, yang menyoroti bahwa, tanpa tindakan segera untuk mengurangi emisi, tren kenaikan suhu dan frekuensi serta intensitas kejadian iklim ekstrim akan menjadi lebih cepat.

Baca juga artikel terkait CUACA EKSTREM atau tulisan lainnya

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Ign. L. Adhi Bhaskara