Menuju konten utama

COVID-19 di Freeport: 51 Buruh Positif, Perusahaan Tetap Beroperasi

Puluhan buruh Freeport positif COVID-19. Perusahaan tetap jalan.

COVID-19 di Freeport: 51 Buruh Positif, Perusahaan Tetap Beroperasi
Ilustrasi Area pengolahan mineral PT Freeport Indonesia di Tembagapura, Papua. Foto Antara/Puspa Perwitasari

tirto.id - Petugas keamanan PT Freeport Indonesia berinisial DL, berdinas di Distrik Kuala Kencana, diduga mulai terinfeksi COVID-19 pada Januari lalu. Pada akhir Februari, ia meninggal dunia. Masyarakat setempat sempat menolak pemakamannya karena menganggap jenazah masih bisa menularkan virus. Ia baru bisa dimakamkan setelah perusahaan campur tangan.

Ketua Serikat Pekerja Kimia Energi dan Pertambangan Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SP KEP SPSI) Kabupaten Mimika Aser Koyamee Gobai mengatakan si petugas itu mungkin terpapar virus dari seorang pendeta. Pendeta diduga terpapar dari Lembang, Bandung, Jawa Barat, medio Januari. "Ia sempat berjalan bersama seorang pendeta," kata Aser kepada reporter Tirto, Senin (4/5/2020).

Saat kembali ke Papua, pendeta ini melayani umat di beberapa tempat, termasuk di rumah sakit tempat DL sempat bertugas selama tiga pekan, Rumah Sakit SOS Tembagapura. Pendeta meninggal pada awal Februari lalu.

Aser mengatakan terpaparnya DL adalah awal mula COVID-19 mewabah di tengah-tengah buruh PT Freeport. Selain berjaga di posnya, DL juga sempat mengunjungi Barak E, Barak I, dan Barak N para buruh.

Setelah DL dimakamkan, Aser meminta perusahaan memeriksa kesehatan para buruh. "Tapi manajemen Freeport diam, tak ada reaksi untuk pemeriksaan," aku Aser. Manajemen tetap tak bertindak apa-apa hingga dua bulan berlalu. Pemeriksaan baru digelar pada akhir April kemarin.

Sekitar 300 orang menunggu hasil pemeriksaan rapid test yang dikirim ke Gugus Tugas di Jayapura. Fasilitas medis yang terbatas juga memperlambat pemeriksaan. 800 buruh diputuskan diisolasi di tiga barak.

"Di Jayapura, hasilnya ketahuan 51 orang [positif COVID-19], tapi selama ini [PTFI] tidak mengumumkan, informasi tidak dibuka," klaim Aser.

Juru Bicara Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Mimika Raynold Ubra membenarkan keterangan soal 51 orang positif ini. Ia mengatakan sembilan orang dirawat di RS Tembagapura, sedangkan lainnya isolasi mandiri. Ia mengatakan manajemen Freeport sudah menyediakan tempat khusus isolasi bagi karyawan yang positif maupun yang masuk kategori pasien dalam pengawasan (PDP).

"Memang saat ini sudah ada tempat isolasi. Mereka yang positif dan masuk kategori PDP diisolasi," kata Ubra.

Ubra mengatakan mereka yang positif COVID-19 terdiri atas karyawan langsung Freeport maupun buruh subkontraktor.

Di Provinsi Papua, menurut satgas pengendalian, pencegahan, dan penanganan COVID-19 setempat, ada 240 orang positif COVID-19 per 3 Mei pukul 7 malam. 173 orang masih dirawat, 60 sembuh dan 7 orang meninggal.

Pasien terbanyak ada di Kabupaten Mimika, 87 orang. Menyusul Kota Jayapura (51 orang), Kabupaten Jayapura (38), dan Nabire (16). Sementara kabupaten/kota dengan jumlah penderita paling sedikit ada di Mamberamo Tengah, Boven Digoel, dan Supiori yang masing-masing terdapat 2 pasien.

Tetap Beroperasi

Serikat telah meminta perusahaan menghentikan produksi sementara waktu untuk mencegah penyebaran virus semakin masif. "Karena mereka (buruh) aset perusahaan, sehingga perlu dilindungi dan diutamakan," kata Aser, yang telah bekerja untuk Freeport sejak satu dekade, menegaskan.

Mengingat saham Freeport sebagian besar sudah dikuasai negara, Aser meminta pemerintah juga campur tangan menghentikan produksi.

"Yang perlu itu, bagaimana kami bisa melawan COVID-19. Tidak bisa melihat dari wilayah objek vital, politik, atau investasi," kata Aser. "Tidak perlu mengutamakan kepentingan bisnis dan keamanan."

Namun manajemen punya pandangan lain. Pengerukan perut bumi tetap jalan. Para buruh yang tak mau bekerja tak bakal dibayar. "Sanksinya 'no work no pay' dan kepastian kembali kerja belum menjamin," kata Aser.

Menurut Juru Bicara Freeport Riza Pratama, sebagai obyek vital nasional yang bergerak di bidang tambang, kegiatan operasional perusahaan harus tetap berjalan agar bahan baku industri dapat terus tersedia, juga dalam rangka menjaga roda perekonomian lokal dan nasional tetap bergerak.

"Meski demikian, kami memastikan bahwa keamanan dan kesehatan karyawan adalah prioritas utama kami," jelas Riza kepada reporter Tirto, Senin (4/5/2020).

Antisipasi keselamatan buruh yang ia maksud salah satunya adalah menutup seluruh akses dari dan ke Tembagapura sejak 26 Maret, dikecualikan hanya untuk kegiatan operasional pengangkutan logistik. Selain itu, perusahaan juga menurutnya terus berkoordinasi dengan gugus tugas.

"Upaya tersebut antara lain dengan memaksimalkan physical distancing dan menyiapkan fasilitas medis di Tembagapura dan Timika yang merupakan area kerja utama perusahaan," katanya.

Ia juga mengatakan perusahaan sudah menggelar rapid test dan tracing kontak pasien positif, yang "akan dikembangkan secara bertahap hingga mencakup populasi yang lebih luas di area perusahaan."

Terakhir, Freeport juga menambah tenaga dan fasilitas medis seperti alat perlindungan diri dan ventilator.

Segala antisipasi ini dinilai cukup untuk "mengidentifikasi kasus-kasus baru yang memberikan optimisme untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19," kata Firdy Permana, Public Health Manager dari International SOS, mitra Freeport dalam menangani kesehatan para buruh.

Baca juga artikel terkait COVID-19 atau tulisan lainnya dari Adi Briantika

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Adi Briantika
Penulis: Adi Briantika
Editor: Rio Apinino