tirto.id - Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE), Piter Abdullah mengkritik penetapan target pertumbuhan ekonomi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.
Menurut Piter, RPJMN seharusnya berisikan strategi atau rencana aksi untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi.
"RPJMN itu seharusnya rencana aksi atau strategi. Bukan skenario. Kalau itu kesannya kita menerima skenario 1-3, syukur-syukur dapatnya yang tertinggi yaitu 6 persen," ucap Piter saat dihubungi reporter Tirto, Jumat (10/5/2019).
Hal ini, menurut Piter, lebih krusial dibanding hanya menetapkan skenario pertumbuhan ekonomi mana saja yang mungkin dicapai.
Piter juga menilai skenario ini seolah-olah pemerintah hanya menerima berapa pun pertumbuhan ekonomi dalam RPJMN daripada ketimbang mengejar target secara serius.
Dalam RPJMN ini, terdapat tiga skenario pertumbuhan ekonomi yang terbagi menjadi 5,4 persen (bawah), 5,7 persen (moderat), dan 6 persen (tinggi).
Piter membenarkan, ada faktor yang tak bisa sepenuhnya dikontrol pemerintah seperti ketidakpastian global. Di dalam negeri pun, katanya, ada faktor-faktor yang juga sulit dikendalikan.
Namun, Piter menilai justru RPJMN itu sebaiknya merumuskan rencana strateginya berdasarkan upaya mengantisipasi hambatan, sehingga bisa mencapai pertumbuhan ekonomi 6 persen.
"Itu [strategi atasi hambatan] yang saya sayangkan gak muncul. Seharusnya ini benar-benar meng-counter yang sulit dikedalikan tadi. Jadi rata-rata 6 persen itu bisa tercapai," ucap Piter.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Zakki Amali