tirto.id - Teks eksplanasi adalah teks yang menjelaskan hubungan logis dari beberapa proses yang menerangkan atau menjelaskan bagaimana suatu fenomena dapat terjadi.
Fenomena tersebut bisa berupa fenomena alam, sosial, budaya, politik, hukum, ekonomi, dan lainnya.
Suatu peristiwa yang terjadi di sekitar kita pasti memiliki hubungan sebab akibat dan juga proses. Oleh sebab itu, teks eksplanasi bertujuan untuk menjelaskan fenomena yang terjadi dan menjelaskan sebab dan akibat dari suatu peristiwa.
Guna membedakan teks eksplanasi dengan teks lain cukuplah mudah. Seperti yang dilansir dari modul Bahasa dan Sastra Indonesia 2019 untuk kelas XI, berikut ciri-ciri khusus teks eksplanasi yang perlu diperhatikan:
• Struktur teks eksplanasi terdiri dari pernyataan umum, urutan sebab akibat, dan interpretasi
• Informasi yang dimuat berdasarkan fakta (faktual)
• Bersifat informatif dan tidak memengaruhi pembaca untuk percaya terhadap suatu hal yang dibahas
• Menggunakan sequence markers, seperti pertama, kedua, ketiga, berikutnya, terakhir, dan lainnya
• Memiliki artikel pendukung
Cara Membuat Teks Eksplanasi
Supaya terbentuk menjadi kesatuan yang utuh, ketika membuat teks eksplanasi harus mempunyai tiga struktur yang meliputi pernyataan umum, deretan penjelas, dan interpretasi. Sebagaimana yang dilansir dari modul Bahan Ajar untuk kelas VI, berikut penjelasan lengkap dari ketiga struktur teks tersebut:
• Pernyataan umum
Berisi penjelasan awal tentang latar belakang, keadaan umum atau definisi suatu peristiwa atau fenomena, serta pengalaman yang terjadi.
• Deretan penjelas
Struktur ini berisi tentang paparan rangkaian peristiwa/kejadian atau urutan mengapa suatu fenomena terjadi atau bisa juga berisi urutan bagaimana peristiwa tersebut terjadi.
• Interpretasi
Merupakan penafsiran, pemaknaan atau penyimpulan yang berupa pendapat penulis atas sesuatu yang telah dijelaskan dalam teks.
Selain sturktur teks, dalam membuat teks eksplanasi juga harus memerhatikan kaidah kebahasaannya. Melansir kembali dari modul Bahasa dan Sastra Indonesia (2019) untuk kelas XI, di bawah ini penjelasan kaidah kebahasaannya:
• Fokus pada hal umum “generic”, bukan berdokus pada partisipan manusia (nonhuman participants). Misalnya gempa bumi, banjir, hujan, dan udara
• Menggunakan istilah ilmiah
• Lebih banyak menggunakan kata kerja material dan relasional “kata kerja aktif”
• Menggunakan konjungsi waktu dan kausul, seperti kata jika, bila, sehingga, sebelum, pertama, dan kemudian.
• Menggunakan kalimat pasif
• Eksplanasi ditulis untuk membuat justifikasi bahwa sesuatu yang diterangkan secara kausal itu benar adanya.
Contoh Teks Ekplanasi Fenomena Sosial
Seperti yang dilansir dari modul Bahasa dan Sastra Indonesia (2019) untuk kelas XI, berikut merupakan contoh teks eksplanasi yang mengusung tema fenomena sosial:
Pengamen Jalanan Tersebar di Indonesia
Semakin menjamurnya pengamen jalanan saat ini terutama di kota – kota besar seolah menimbulkan masalah tersendiri. Ada yang menanggapinya secara positif namun lebih banyak lagi yang menanggapinya secara negatif.
Pengamen jalanan adalah penari, penyanyi, atau pemain musik yang mengadakan pertunjukkan di jalanan dengan cara berpindah – pindah dari satu kendaraan ke kendaraan lain.
Pengamen jalanan lekat dengan simbol anak jalanan yang digambarkan dekil, kotor, nakal, kriminal, dsb. Buruknya pandangan masyarakat terhadap pengamen jalanan menimbulkan problema tersendiri yang patut untuk dibahas.
Stigma negatif masyarakat terhadap keberadaan pengamen sudah berlangsung sejak lama. Banyak faktor yang menyebabkan hal ini terjadi. Faktor tersebut antara lain, karena sebagian besar masyarakat menganggap buruk profesi ini.
Masyarakat berasumsi bahwa semua pengamen jalanan tidak berpendidikan dak akrab dengan dunia hitam kriminal, dan masih banyak lainnya. Faktor – faktor di atas hanya segelintir dari beragam alasan yang muncul di masyarakat terkait tanggapan negatif mereka terhadap pengamen jalanan.
Banyak hal yang melatarbelakangi orang – orang untuk turun ke jalan dan mengamen. Ada yang dikarenakan himpitan ekonomi sehingga mengharuskan mereka untuk turun ke jalan demi sesuap nasi.
Ada juga yang dilatarbelakangi alasan untuk menyalurkan hobi dan minat mereka. Lazim ditemui para mahasiswa yang menjadi pengamen karena minat dan hobi mereka adalah bernyanyi dan bermain musik.
Masyarakat di kota – kota besar yang menggunakan moda transportasi pribadi maupun publik mungkin sudah terbiasa dengan hilir mudik pengamen jalanan yang menyatu dengan para pedagang asongan, pengemis, gelandangan, dll.
Tanggapan masyarakat awam tentang pengamen jalanan beragam, ada yang mengaku cukup terhibur dan senang terhadap keberadaan mereka. Lebih banyak lagi yang merasa terganggu dan tidak nyaman terhadap mereka. Cita pengamen diperburuk lagi dengan banyaknya kasus kriminal yang melibatkan pengamen jalanan sebagai pelakunya.
Pengamen jalanan tidak boleh kita pandang hanya dengan sebelah mata. Ada beberapa artis papan atas Indonesia hingga dunia yang merintis karirnya dari jalanan. Dalam negeri ada Charlie Van Houten, yang dulu tergabung dalam salah satu band ternama di Indonesia, ST 12.
Ia mengaku memulai karirnya mengamen dari satu stasiun kereta ke stasiun lainnya. Ada juga Tegar, Aris ‘Idol’, dll. Di luar negeri, ada grup band termahsyur di zamannya yaitu bahkan melegenda hingga sekarang band kenamaan The Beatles.
Ada juga Ed Sheeran yang dahulunya merupakan pengamen jalanan di sekitaran arena O2 di London, Inggris. Ia telah diakui sebagai musisi yang hebat, ditambah banyaknya penghargaan yang telah diraihnya termasuk yang paling bergengsi dalam industry music dunia “Grammy Awards”. Artis – artis di atas menjadi bukti nyata bahwa pengamen jalanan tidak boleh dipandang sebelah mata.
Menanggapi keberadaan pengamen jalanan haruslah dilihat dari dua sisi. Pola penyelesaian masalah ini harus dilakukan di seluruh lapisan masyarakat. Pemerintah juga harus memegang peran untuk mengedukasi dan membimbing para pengamen jalanan agar menjadi pribadi – pribadi yang lebih baik ke depannya.
Kita sebagai masyarakat harus bersikap bijaksana. Seperti pepatah yang mengungkapkan “jangan hanya menilai buku dari sampulnya”, mungkin sudah saatnya kita menggunakan pepatah ini dalam menanggapi keberadaan pengamen jalanan di sekitar kita.
Berikut merupakan kerangka teks eksplanasi fenomena sosial yang berjudul “Pengamen Jalanan Tersebar di Indonesia”:
1. Topik: pengamen jalanan yang dianggap negatif oleh masyarakat
2. Tujuan: untuk mengetahui penyebab dan alasan munculnya pandangan dan pendapat negatid oleh masyarakat terhadap pengamen jalanan
3. Tema: stigma negatif seniman jalanan
4. Kerangka isi teks eksplanasi:
• Pengertian pengamen jalanan
• Faktor-faktor penyebab pengamen dipandang negatif oleh masyarakat
• Ragam latar belakang masyarakat terhadap pengamen
• Artis-artis papan atas yang pernah berprofesi sebagai pengamen jalanan
• Pola penyelesaian stigma negatif terhadap pengamen jalanan
Struktur teks eksplanasi fenomena sosial yang berjudul “Pengamen Jalanan Tersebar di Indonesia”:
1. Pernyataan umum: paragraf 1
2. Deretan penjelasan (isi): paragraf 2, 3, 4, dan 5
3. Interpretasi (penutup): paragraf 6
Penulis: Yunita Dewi
Editor: Nur Hidayah Perwitasari