tirto.id - Contoh Sistem Informasi Geografis (SIG) saat ini mudah ditemukan. Aplikasi SIG telah merambah berbagai bidang di Indonesia, termasuk untuk kepentingan pendataan yang bisa diakses oleh publik maupun perumusan kebijakan pemerintah.
SIG pada dasarnya merupakan sistem informasi yang khusus untuk pengelolaan data yang mengandung informasi spasial (bereferensi keruangan). Secara umum, SIG dapat diartikan sebagai sistem komputer dengan kemampuan membangun, menyimpan, mengelola dan menampilkan informasi bereferensi geografis.
Teknologi SIG bisa dipakai untuk keperluan penyelidikan ilmiah, perencanaan pembangunan dan tata guna lahan, pengelolaan sumber daya alam, perencanaan pembangunan, kartografi, perencanaan rute, perumusan berbagai kebijakan, pengelolaan informasi kesehatan, dan lain sebagainya.
Kemunculan SIG merupakan bukti bahwa disiplin geografi bisa dengan cepat mengadopsi inovasi teknologi terbaru di bidang komunikasi dan informasi. Evolusi SIG pun berlangsung cepat. Dalam beberapa dekade, ia berkembang dari semula konsep menjadi ilmu yang diaplikasikan di seluruh dunia untuk berbagai keperluan penting.
Merujuk situs resmi ESRI, perusahaan pemasok software sistem informasi geografis internasional dan GIS bebasis web yang berpusat di California, AS, sejarah kemunculan SIG bermula dari dekade 1960-an. Perintisan SIG diawali dengan penggunaan teknologi komputer untuk implementasi geografi kuantitatif.
Roger Tomlinson (1933-2014) merupakan ahli geografi yang dijuluki "Bapak SIG." Tomlinson adalah ilmuwan yang pertama memulai, merencanakan, dan mengembangkan Sistem Informasi Geografis. Pada tahun 1963, Tomlinson berhasil membangun Sistem Informasi Geografis Kanada yang merupakan SIG terkomputerisasi pertama di dunia.
Pemerintah Kanada meminta Tomlinson untuk membuat inventarisasi sumber daya alamnya yang dapat dikelola. Untuk melaksanakan tugas itu, Tomlinson kemudian menggunakan komputer untuk menggabungkan data sumber daya alam dari semua provinsi di Kanada.
Dia menciptakan desain komputasi otomatis untuk menyimpan dan memproses data dalam jumlah besar, yang memungkinkan Kanada memulai program pengelolaan lahan secara nasional. Tomlinson pula yang yang memberi nama metode itu dengan nama Sistem Informasi Geografis.
Tidak berselang lama, di tempat lain, akademikus Universitas Northwestern, Howard Fisher menciptakan salah satu program perangkat lunak komputer untuk pemetaan yang paling awal muncul. Software yang dibuat di tahun 1964 itu bernama SYMAP.
Di tahun 1965, Fisher juga menginisiasi Laboratorium Harvard untuk pengembangan Grafika Komputer. Sejumlah software generasi pertama untuk pemetaaan disempurnakan di laboratorium tersebut. Laboratorium yang sama juga menjadi pusat penelitian untuk analisis dan visualisasi data spasial.
Contoh Aplikasi Sistem Informasi Geografis
Sebagai sistem, SIG berfungsi untuk mengumpulkan, mengatur, mengelola, menyimpan, dan menyajikan segala jenis data (informasi) yang berkaitan dengan kondisi geografis suatu wilayah. Melalui SIG, beragam data dikelola di database, dan disajikan untuk membantu pengguna mengindentifikasi informasi berdasarkan lokasinya.
SIG menggabungkan peta digital dengan berbagai jenis data yang relevan sehingga penyajian informasi pemetaan menjadi jauh lebih efisien. Misalnya, mengutip publikasi ITS, SIG dapat membantu perencana untuk secara cepat menghitung waktu tanggap darurat saat terjadi bencana alam.
Sistem Informasi Geografis (SIG) tak hanya dapat diaplikasikan untuk dokumentasi beragam fenomana alam, tapi bisa pula dimanfaatkan untuk bermacam bidang dengan jangkauan luas. Mengutip laman LPPPTK KPTK, SIG dapat digunakan untuk keperluan penataan kota, perencanaan wilayah, hingga memetakan sebaran penularan Covid-19.
Contoh penggunaan SIG untuk pemetaan sebaran Covid-19 ialah Portal WebGIS (peta daring) yang dibangun oleh gabungan tim ahli dan peneliti Universitas Indonesia (UI). Portal WebGIS itu memuat informasi persebaran lokasi pasien yang positif Covid-19, gambaran zona wilayah berdasar kerawanan penularan Covid-19, hingga jarak para pasien dengan fasilitas kesehatan. Portal WebGIS bernama SiCOVID-19 itu bisa diakses via link ini.
Contoh aplikasi SIG lainnya, Badan Pusat Statistik (BPS) membangun Sistem Informasi Geospasial-BPS dalam bentuk website. Situs itu menyajikan berbagai informasi terkait dengan data statistik Indonesia dalam bentuk peta. Alamat situs web BPS itu adalah sig.bps.go.id.
Dalam sig.bps.go.id, peta yang disajikan ada 2 jenis utama yaitu Peta Interaktif dan Peta Analog. Peta Interaktif terdiri atas: (1) Peta Tematik (peta statistik) yang menyajikan informasi dengan tema sosial dan kependudukan, pertanian serta ekonomi; dan (2) Peta Indeks yang menyajikan kerangka wilayah kerja statistik dalam bentuk spasial. Sementara Peta Analog merupakan kumpulan peta tematik yang disimpan dalam format siap cetak.
Melalui laman sig.bps.go.id, publik bisa mengakses data inflasi tiap kota di Indonesia yang tersajikan dalam peta. Data statistik kemiskinan, pertanian, pertambangan, kependudukan, dan lainnya di setiap daerah juga bisa dilihat melalui peta.
Situs Ina-Geoportal yang beralamat di tanahair.indonesia.go.id juga menjadi contoh aplikasi SIG di Indonesia. Situs ini dibangun oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) untuk menyediakan Informasi Geospasial Dasar (IGD). Situs ini menyediakan peta tematik kebencanaan, peta batas desa, peta sebaran covid-19, peta kelautan dan lingkungan Indonesia, serta masih banyak lagi.
Program Satu Peta Indonesia juga menjadi salah satu contoh aplikasi Sistem Informasi Geografis. Portal satu peta dibentuk pemerintah Indonesia untuk keperluan beragam jenis kebijakan. Presiden Jokowi meluncurkan geoportal kebijakan satu peta Indonesia pada Desember 2018 lalu.
Situs resmi Geoportal Kebijakan Satu Peta beralamat di portalksp.ina-sdi.or.id. Portal ini memuat 85 peta tematik yang mencakup 7 tema besar, yakni batas wilayah, kehutanan, perencanaan ruang, sarana prasarana, perizinan dan pertanahan, sumber daya alam dan lingkungan, serta kawasan khusus dan transmigrasi. Ketujuh tema tersebut tersebar di 34 Provinsi yang menjadi kewenangan 19 Kementerian/Lembaga yang terlibat sebagai Walidata IGT. Namun, akses data hanya dibuka bagi pihak berwenang saja.
Komponen Sistem Informasi Geografis
Ada sejumlah komponen pembentuk SIG. Sejumlah komponen tersebut terbagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu perangkat keras (hardware komputer), perangkat lunak (sofware), dan manusia sebagai pengolah data sekaligus pengguna sistem dalam SIG.
Penjelasan terkait tiap kategori komponen itu, sebagaimana dikutip dari Modul Geografi X KD 3.2 dan 4.2 (2020) terbitan Kemdikbud, adalah sebagai berikut.
1. Perangkat keras (Hardware)
Perangkat keras yang menjadi komponen SIG berupa perlengkapan yang mendukung kerja sistem ini. Perangkat keras terdiri dari seperangkat komputer (CPU, monitor, printer, digitizer, scanner, plotter). Perangkat keras lainnya yang mungkin juga digunakan adalah plastik transparan dan ballpoin warna transparan.
Bagian-bagian dari perangkat hardware beserta fungsinya:
- CPU (Central Processing Unit): perangkat utama komputer untuk pemrosesan instruksi dan program.
- VDU (Visual Display Unit): layar monitor untuk menampilkan hasil pemrosesan CPU.
- Disk drive: bagian dari CPU untuk menghidupkan suatu program.
- Tape drive: bagian CPU yang menyimpang data hasil pemrosesan.
- Digitzer: alat mengubah data teristris menjadi data digital (digitasi).
- Printer: alat untuk mencetak data maupun peta dalam ukuran relatif kecil.
- Plotter: berfungsi seperti printer, digunakan untuk mencetak peta tetapi keluarannya lebih lebar.
2. Perangkat lunak (Software)
Perangkat lunak SIG berupa program-program yang mendukung kerja sistem ini, seperti input data, proses data, dan output data. Contoh perangkat lunak SIG adalah Mapinfo, Arcview, R2V, ArcInfo dan sebagainya.
3. Manusia (User/brainware)
Manusia sebagai pengguna SIG (brainware) bertugas menjadi pelaksana proses pengumpulan, analisis, publikasi data geografis. Manusialah yang mengolah data dari lapangan, untuk selanjutnya diproses atau didigitalisasi pada sistem SIG, sehingga dapat digunakan untuk keperluan tertentu sesuai dengan fungsinya.
Tahapan Kerja Sistem Informasi Geografis
Meskipun menjadi salah satu bentuk inovasi termaju dalam metode pengumpulan data geografis, SIG tidak hanya mempunyai sejumlah keunggulan, melainkan juga beberapa kelemahan. Adanya faktor kemajuan teknologi dalam SIG membuat ia tidak mudah untuk diaplikasikan.
Di antara keunggulan SIG adalah: informasi atau data bisa dikelola dalam format yang lebih jelas; pengumpulan data bisa lebih murah dibandingkan melalui survei lapangan; pengelolaan data menjadi jauh lebig fleksibel; data bisa diubah secara cepat berikut tampilannya ketika ada informasi baru; serta data dapat dipanggil kembali dan diulang dengan cepat.
Selain itu, keunggulan SIG lainnya ialah: data spasial dan non spasial dapat dikelola secara bersamaan; analisis data bisa dilakukan secara efisien; data yang sulit ditampilkan secara manual bisa dipresentasikan melalui gambar 3 dimensi; hasil pengolahan dan analisis data bisa untuk pengambilan keputusan secara cepat dan tepat.
Di sisi lain, sejumlah kelemahan SIG seperti: memerlukan SDM dengan kemampuan tinggi di bidang TIK; karena sistemnya besar, sulit untuk mengaturnya; membuka peluang terjadinya plagiasi; pengembangan sistem informasi butuh waktu tidak sebentar; memerlukan pelatihan bagi operator dan programmer (ahli IT) yang menanganinya.
SIG dapat mempresentasikan data geografis dari dunia nyata (permukaan bumi) ke layar monitor komputer. Oleh karena itu, SIG sama halnya dengan lembaran peta dalam bentuk digital, yang padat akan informasi.
Sebagai sebuah sistem, gambaran umum tahapan kerja SIG meliputi 3 proses. Penjelasan tentang ketiga tahapan itu adalah berikut ini.
1. Masukan (Input) Data
Masukan data adalah fasilitas di SIG yang dapat digunakan untuk memasukkan data dari mengubah data asli ke dalam bentuk yang dapat diterima dan dapat dipakai dalam SIG. Masukan data ini terdiri atas sumber data dan proses memasukkan data.
Pertama, sumber data yang dapat digunakan dalam masukan data antara lain:
- Data Pengindraan Jauh berupa citra, baik citra foto maupun nonfoto. Apabila sumber data berupa foto udara, harus diolah terlebih dahulu dengan cara interpretasi, kemudian disajikan dalam bentuk peta. Namun, jika berupa citra satelit yang sudah dalam bentuk digital dapat langsung digunakan setelah dilakukan koreksi seperlunya.
- Data Teristris/lapangan ialah data yang diperoleh langsung dari pengukuran lapangan, antara lain pH tanah, salinitas air, curah hujan, dan persebaran penduduk. Data teristris dapat disajikan dalam bentuk peta, tabel, grafik, atau hasil perhitungan saja.
- Data Peta atau data yang sudah dalam bentuk peta siap digunakan dalam SIG melalui komputerisasi. Data-data dalam peta itu dikonversikan ke dalam bentuk digital.
- Data spasial. Untuk memasukkan data spasial ke dalam SIG dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu digitasi dan penyiaman (scanning).
- Data atribut, yakni suatu objek dapat berupa data kualitatif dan data kuantitatif.
2. Proses Pengolahan Data
Proses pengolahan data dalam SIG meliputi manipulasi dan analisis. Ia merupakan aktivitas yang meliputi proses membuat basis data baru, menghapus basis data, membuat tabel basis data, mengisi serta menyisipkan data ke dalam tabel, mengubah atau mengedit data, dan membuat indeks untuk setiap tabel basis data.
3. Keluaran (Output) Data
Tahap ini berupa penyajian data yang berfungsi menayangkan informasi atau hasil analisis data SIG. Tampilannya bisa berupa peta, tabel, grafik, bagan, hingga hasil perhitungan. Melalui informasi itu, pengguna dapat melakukan analisis terhadap informasi sebagai bahan dalam membuat perencanaan maupun pengambilan kebijakan.
Editor: Iswara N Raditya