tirto.id - Puisi merupakan salah satu dari tiga jenis karya sastra. Selain puisi, teks sastra juga berbentuk prosa dan naskah drama.
Dalam sejarahnya, puisi tergolong sebagai teks sastra tertua. Teks puisi tertua misalnya ditemukan dalam naskah kuno India, seperti Veda India dan Zoroaster's Gathas, yang diperkirakan ditulis pada 1.700 tahun SM.
Pada masa dahulu, penyair ditemukan dalam setiap kerajaan dan menempati posisi tertentu dalam pemerintahan.
Dalam sejarah Nusantara, terdapat beberapa penyair kerajaan seperti Empu Prapanca dari Majapahit dan Ranggawarsita dari Kasunanan Surakarta.
Pada masa-masa kerajaan tersebut, puisi ditulis dalam sebuah prasasti untuk menggambarkan suatu epos serta nilai-nilai yang dianut sebuah kerajaan.
Pengertian Puisi
Secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani Kuno, yakni "poieo" atau "pocima". Kedua kata tersebut bermakna "kreasi" atau "penyusunan".
E. Kosasih dalam bukuBahasa Indonesia (2017) menyebut puisi sebagai karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui kata-kata indah.
Sebagaimana yang juga disebutkan penyair Subagio Sastrowardoyo dalam epilog buku puisinya Simphoni (1971), bahwa puisi merupakan pengendapan pikiran seorang penyair tentang realitas dunia yang disampaikan dengan padat melalui puisi.
Oleh karenanya, meski puisi cenderung memiliki kalimat-kalimat yang pendek, namun penafsiran atas puisi dapat menjadi panjang.
Burhan Nurgiyantoro, dalam bukunya yang bertajuk Stilistika (2017), menjelaskan bahwa nilai estetika yang ada pada puisi dihasilkan dari pemanfaatan kaidah bahasa oleh seorang penyair.
Untuk menghasilkan ungkapan-ungkapan pemikiran dengan estetis dan orisinil, seorang penyair menggunakan penyiasatan-penyiasatan bahasa seperti penggunaan rima, irama, diksi, metafora, repetisi, dan lain sebagainya.
Unsur-unsur Puisi
Puisi memiliki dua unsur pembentuk, yakni unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik merupakan unsur yang terdapat dalam teks puisi, sedangkan unsur ekstrinsik merupakan unsur yang berada di luar teks puisi tersebut.
Berikut merupakan penjelasan unsur pembentuk puisi yang bisa digunakan untuk membuatnya, dinukil dari modulAnalisis Unsur Pembangun Puisi (2020) terbitan Kemendikbud.
A. Unsur Intrinsik
1. Diksi (Pemilihan Kata)
Diksi merupakan komponen terpenting dalam puisi. Teks puisi merupakan teks yang padat, baik dilihat dari panjang tulisan maupun kedalaman maknanya.
Oleh karenanya, seorang penyair yang baik memilah kata secara cermat untuk menghasilkan ungkapan yang tepat dan secara bersamaan memiliki kesan estetis.
Pemilihan kata bisa dilihat melalui rima, irama, jenis kata, dan peletakan kata dalam kalimat.
2. Daya Bayang (Imaji)
Meski pendek, membaca sebuah puisi yang baik dapat membuat pembaca mengimajinasikan maksud dan tujuan dari penulisan sebuah puisi.
Terdapat tiga jenis imaji yang ada dalam puisi, yakni imaji visual, auditif (pendengaran), dan taktil (perabaan).
3. Bunyi
Bunyi merupakan hal penting lain dalam pembuatan puisi. Bunyi dalam sebuah puisi dapat membuat pembaca mengalami kesan atau suasana tertentu.
Kekuatan bunyi pada puisi dapat dilihat, misalnya, dalam puisi Sitor Situmorang yang berjudul "Borobudur Sehari".
4. Rima
Rima merupakan pengulangan bunyi yang ada dalam dua atau lebih kata. Melalui rima, sebuah puisi dapat menimbulkan efek keindahan tertentu.
Pemanfaatan rima sangat penting, misalnya, dalam puisi kuno berjenis pantun atau hikayat atau puisi modern yang mengadopsi dua bentuk puisi kuno tersebut.
5. Tema
Keindahan yang tertuang dalam kalimat-kalimat puisi memiliki tujuan. Seorang penyair tidak menggunakan kata-kata indah tanpa tujuan dalam pembuatan puisi.
Kalimat-kalimat yang indah tersebut digunakan untuk mengedepankan tema atau ide pokok yang hendak disampaikan penulis ke pembaca. Oleh karenanya, tema sebuah puisi merupakan inti dari sebuah puisi.
B. Unsur Ekstrinsik Puisi
1. Unsur Historis
Unsur historis merupakan aspek kesejarahan atau riwayat pemikiran yang dapat ditengarai dari sebuah puisi.
2. Unsur Psikologis
Dalam sebuah puisi, sebenarnya terkandung aspek kejiwaan, batin, atau mental penyair yang membuatnya. Pembaca dapat merasakan aspek tersebut meski tidak secara eksplisit dituliskan.
3. Unsur Filsafat
Unsur filsafat dalam sebuah puisi berkenaan dengan makna yang terkandung di dalamnya. Sebagaimana dijelaskan di atas, puisi merupakan pemadatan pandangan penyair tentang realitas dunia.
Pandangan penyair tersebut dapat dikaji dan dipahami melalui filsafat sebagai ilmu tentang kehidupan.
Contoh Puisi
Berikut ini merpakan contoh puisi, seperti kembali dikutip dari buku Bahasa Indonesia (2017) karya E. Kosasih.
Hujan Bulan Juni
(Oleh Sapardi Djoko Damono)
tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu
Senja di Pelabuhan Kecil
(Oleh Chairil Anwar)
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut,
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut.
Gerimis memepercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku Sendiri. Berjalan
menyisir semenangjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap.
Penulis: Rizal Amril Yahya
Editor: Maria Ulfa