Menuju konten utama

Chevrolet Hengkang di Tengah Lunglainya Industri Otomotif Nasional

Chevrolet tak akan dijual lagi di Indonesia. Mereka keluar saat industri memang tengah lesu.

Chevrolet Hengkang di Tengah Lunglainya Industri Otomotif Nasional
Pengunjung dan undangan memadati area pameran pada pembukaan pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) ke-27 tahun 2019 di ICE BSD, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (18/7/2019). ANTARA FOTO/zarqoni maksum/wsj.

tirto.id - General Motors akan menghentikan penjualan mobil Chevrolet di Indonesia, Maret 2020. Penjualan yang melempem adalah penyebab utama produsen otomotif asal Amerika Serikat itu undur diri.

“Chevrolet berada di ceruk pasar dengan volume pasar yang terbatas dan tidak memberikan keuntungan yang berkesinambungan,” kata Director Communications & External Affairs GM Indonesia Yuniadi Haksono Hartono kepada reporter Tirto, Senin (28/10/2019).

Tentu efeknya berantai, termasuk pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan.

“Dengan berat hati, keputusan ini akan memiliki dampak kepada beberapa karyawan kami. GM akan memberikan pesangon yang sesuai dalam proses peralihan ini,” kata President GM Asia Tenggara Hector Villarreal dalam siaran pers, tanpa menjelaskan detail berapa orang yang terkena imbas.

GM Indonesia sebenarnya sudah memikirkan cara lain agar Chevrolet—yang diambilalih GM tahun 1917—tetap bertahan. Hanya saja pilihan-pilihan itu tetap tak bisa jadi solusi, apalagi ditambah faktor melemahnya harga komoditas dan tekanan mata uang.

Penjualan Rontok

Kepergian Chevrolet menambah panjang daftar merek mobil asing yang kesulitan bersaing dan akhirnya terpental dari Indonesia. Contohnya Ford—juga asal AS—yang pada 2016 lalu memutuskan menutup pabrik.

Sementara Nissan Motor Indonesia (NMI), meski masih eksis, memutuskan menutup pabrik di Purwakarta, Jawa Barat. Mereka kini hanya menyisakan satu pabrik untuk memproduksi Datsun—merek mobil murah milik Nissan.

Fakta ini semestinya membuat penghentian penjualan Chevrolet tidak begitu mengagetkan. Semakin tidak mengherankan karena kinerja GM secara global juga tidak bisa dibilang baik. GM bahkan sempat menutup tujuh pabrik di pelbagai negara pada 2018.

Tren penjualan Chevrolet di Indonesia juga terus menurun dalam tiga tahun terakhir. Pada 2018, penjualan mereka hanya 2.444 unit, atau turun 32 persen dari tahun sebelumnya sebanyak 3.600 unit.

Penjualan Chevrolet yang memburuk berlanjut hingga September 2019, hanya ada 970 mobil keluar dari diler, anjlok 49 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar 1.887 unit.

Namun, kondisi ini sebenarnya tidak hanya dialami Chevrolet. Mobil merek asing lainnya juga menorehkan kinerja penjualan yang melempem. Lihat saja penjualan Datsun, Volkswagen, dan Audi.

Menurut data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo) per September 2019, penjualan Datsun merosot 42 persen menjadi 5.419 unit, dibanding periode yang sama tahun lalu sebanyak 9.324 unit. Penjualan Volkswagen juga turun 45 persen menjadi 234 unit, dan Audi turun 33 persen menjadi 26 unit.

Wakil Ketua Umum Gaikindo Jongkie Sugiarto mengakui pasar otomotif Indonesia dalam setahun terakhir memang sedang lesu. Secara keseluruhan, penjualan mobil anjlok 12 persen menjadi 735.600 unit hingga September 2019.

“Target semula 2019 sebesar 1,1 juta unit pun sempat kami potong menjadi 1 juta lantaran September baru terjual sekitar 735 ribu-an unit,” ucap Jongkie kepada reporter Tirto, Selasa (29/10/2019).

Jongkie menilai kondisi ini dipengaruhi politik, yaitu adanya pemilu. Menurutnya, pemilu membikin orang-orang menunda membeli mobil. Hal itu terlihat dari proporsi cicilan warga yang turun dari 15 persen menjadi 14 ,5 persen pada Mei 2019.

Tren itu pun sejalan dengan indeks pembelian barang tahan lama yang sempat menyentuh 118 poin di Desember 2018, namun turun ke 112 poin September 2019. Begitu juga indeks ekspektasi konsumen yang turun menjadi 136,2 dari 144,8 pada April 2019.

Lantas bagaimana prospek penjualan mobil di 2020?

Jongkie mengatakan industri masih optimistis dengan target tahun depan. Gaikindo, sambungnya, memproyeksikan penjualan mobil tumbuh lima persen dari realisasi penjualan mobil 2019.

Alasannya, rasio kepemilikan mobil Indonesia baru menyentuh 87:1.000 (hanya 87 dari 1.000 orang yang punya mobil). Rasio itu lebih rendah ketimbang Thailand dan Malaysia yang masing-masing sebesar 230 kendaraan dan 400 kendaraan per 1.000 orang.

Tidak ketinggalan, Jongkie juga berharap pemerintah bisa menjaga pertumbuhan ekonomi di kisaran 5-5,2 persen atau lebih, termasuk tren kenaikan pendapatan per kapita. Jika terpenuhi, ia yakin pasar otomotif akan membaik.

“Potensi [bisnis otomotif] masih besar. Asal pertumbuhan ekonomi dijaga plus income per kapita juga ikut naik. Jadi ke depan akan lebih banyak yang memerlukan alat angkut darat,” tutup Jongkie.

Baca juga artikel terkait MOBIL CHEVROLET atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Bisnis
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Ringkang Gumiwang