tirto.id - Insiden tawuran antarkelompok suporter sepakbola terjadi di area Ciracas, Pasar Rebo, Jakarta Timur, pada Sabtu (4/8/2018). Bentrok yang mengakibatkan satu orang tewas ini diduga melibatkan suporter dari Persitara Jakarta Utara (NJ Mania). Pihak NJ Mania menuding The Jakmania, kelompok suporter Persija, yang melakukan provokasi; tudingan yang kemudian dibantah oleh pihak Jakmania.
“Seram. Saya langsung lari masuk ke dalam warung,” kata Aisyah, 58 tahun, seorang pedagang makanan di wilayah Pasar Rebo, Jakarta Timur kepada Tirto, Minggu (5/8/2018).
Saat tawuran terjadi, ia mengajak cucunya yang berusia dua tahun untuk menyelamatkan diri. “Ada yang kena bacok badannya. Ada juga yang mati dan ditinggal begitu saja di pinggir jalan,” kata Aisyah.
Aisyah menuturkan, para suporter yang terlibat bentrok membawa samurai dan parang. Senjata-senjata tajam itu digunakan untuk bertarung.
“Ada warung yang makanannya dijarah suporter,” kata dia sembari menunjuk warung tersebut.
Menurut Aisyah, baru kali ini bentrokan terjadi pada siang hari. Daerah Pasar Rebo memang dikenal daerah rawan tawuran. Namun biasanya, kata Aisyah, kericuhan terjadi pada dini hari ketika ia hendak ke pasar untuk berbelanja bahan masakan.
Kata Aisyah, saat keributan terjadi ada dua polisi yang ikut dikeroyok oleh massa dan kemudian keduanya turut mengamankan diri. “Polisi seolah tidak berani,” cerita Aisyah sembari membenarkan letak kerudungnya.
Dia menambahkan, seharusnya sebagai pengaman dan pelayan masyarakat, polisi semestinya merespons cepat peristiwa itu, sehingga publik merasa aman dan tidak menjadi sasaran amuk massa.
Menurut Aisyah, aparat baru datang ke lokasi kejadian sekitar pukul 16.30 WIB. “Korban yang jatuh langsung dibawa oleh petugas, dimasukkan ke ambulans, lalu pergi,” kata dia.
Perempuan asal Tegal ini menyayangkan peristiwa tersebut. Sebab, selain korban jiwa, bentrok antarsuporter ini juga menyasar bus TransJakarta. Mereka melemparkan batu ke bus tersebut yang mengakibatkan kaca pecah.
“Kasihan orang tua mereka membiayai sekolahnya, harusnya mereka belajar. Kok ini malah tawuran,” kata Aisyah.
Sementara Budi, 45 tahun, pemilik warung sembako yang berada di lokasi yang sama mengatakan, setelah terjadi tawuran akhirnya banyak warga yang langsung mengamankan area tersebut. Mereka berjaga di depan gang-gang agar massa tidak menuju pemukiman.
“Saya melihat ada suporter mengokang senapan angin, saya ngeri. Kemudian saya masuk dan menutup setengah gerai warung,” kata Budi yang mengaku asli Jakarta.
Budi menegaskan tidak ada pedagang maupun masyarakat yang ikut serta melawan suporter lantaran mereka takut. “Penduduk di sini tidak ikut menyerang massa. Kami takut, langsung kabur menyelamatkan diri,” kata lelaki berkacamata itu.
Namun, kata Budi, penduduk setempat tak diam, mereka membantu pengamanan di lokasi. “Malah warga mengamankan pengendara motor yang melintas, kami suruh minggir dan berhenti,” kata dia.
Respons NJ Mania dan Jakmania
Ketua Umum NJ Mania Farid mengatakan empat orang anggotanya menjadi korban dalam bentrokan tersebut. “William Wijaya meninggal dunia. Ariful Huda dan Budi Efendi kritis, mereka masih dirawat di rumah sakit. Sedangkan Aditya Firmansyah sudah diizinkan pulang,” kata Farid ketika dihubungi Tirto, Minggu (5/8/2018).
Sebagai informasi, William, 16 tahun, mendapat bacokan di bagian punggung kanan dan pinggang yang mengakibatkan kematian. Ariful (17 tahun) terkena tusukan di pinggang belakang dan Budi (25 tahun) terkena sabetan celurit di kepala, mereka dirawat di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur. Sedangkan Firmansyah (25 tahun) dikeroyok oleh massa. Ia sempat dilarikan ke RS Harapan Bunda untuk diobati.
Sebelum kejadian, kata Farid, ada teriakan yang mengolok-olok NJ Mania. Farid yakin bukan penduduk yang meneriaki dan mencemooh anggotanya.
“Teriakan ‘NJ anjing!’. Tidak mungkin warga teriak seperti itu, pasti The Jak. Kami tidak ribut dengan siapapun,” kata dia.
Farid mengatakan ketika NJ Mania akan meluncur ke lokasi pertandingan Persitara vs ABC Wirayudha, pihaknya sudah digeledah oleh kepolisian dan tidak ditemukan senjata tajam. “Sebelum berangkat, suporter digeledah oleh Polres Jakarta Utara. Mereka teliti memeriksa kami, kami bersih dari senjata sajam,” kata Farid.
Farid menuding, pemicu bentrokan adalah serangan dari suporter The Jakmania di wilayah Kramat Jati. “Anak-anak NJ emosinya terpancing, lalu melawan,” kata dia.
Farid mengatakan ada sekitar 700 orang NJ Mania yang ikut dalam rombongan tersebut. Mereka berangkat menggunakan angkutan umum dari Jakarta Utara menuju ke lapangan sepak bola Brigif 1 di Kalisari, Jakarta Timur untuk menyaksikan tim favoritnya, Persitara berlaga melawan ABC Wirayudha. Nahas, bentrokan tak terelakkan lagi dari Kramat Jati menuju Pasar Rebo.
Menanggapi tudingan tersebut, Sekretaris Umum Pengurus Pusat The Jakmania Diky Soemarno mengaku tidak tahu tentang keributan itu. “Kami tidak tahu apa-apa. Tidak ada info apapun. Saya hanya melihat dari berita di sosial media,” kata Diky kepada Tirto, Minggu (5/8/2018).
Menurut dia, pihaknya tidak mengerti sebab kericuhan yang terjadi. Ia menyerahkan urusan ini kepada pihak kepolisian. “Baiknya serahkan ke polisi untuk selesaikan itu karena ada korban yang berjatuhan. Tidak tahu apakah ada atribut Persija ketika tawuran itu, kami tidak tahu apa-apa,” kata Diky.
Diky dengan tegas membantah tudingan Farid dan tidak ingin berandai-andai. ”Tidak usah tuding-menuding, misalnya. Sesuai fakta saja. Saya tidak tahu kenapa Farid berkata seperti itu. Baiknya serahkan ke polisi,” kata Diky menjelaskan.
Sementara itu, Kapolres Metro Jakarta Timur Kombes Pol Yoyon Tony Surya Putra mengatakan, dua pelaku dari suporter telah diamankan. “Kami sudah amankan, mereka membawa senjata tajam berupa celurit dan parang. Kami masih kembangkan kasus ini,” kata dia.
Menurut Yoyon, setelah tawuran terjadi pihaknya langsung melakukan pengamanan wilayah kejadian dan berpatroli di area Ciracas, Pasar Rebo, CIlilitan, Kramat Jati, dan sepanjang Jalan Raya Bogor. Dia menuturkan sebanyak 100 aparat gabungan dari TNI-Polri turut berjaga-jaga di lokasi hingga Minggu pagi.
“Suasana sudah kondusif,” kata Tony.
Penulis: Adi Briantika
Editor: Abdul Aziz