tirto.id - Pembunuhan Youtuber Irak, Tiba Ali, memicu aksi protes di kalangan warga setempat. Puluhan warga berkumpul pada Minggu (5/2/2023) di depan kantor Dewan Kehakiman Tinggi Irak dan mengecam peristiwa pembunuhan Ali.
Mereka meyakini bahwa pembunuhan Ali merupakan bagian dari tindakan "pembunuhan demi kehormatan" yang berulang kali memakan korban wanita di Irak.
Melansir Aljazeera, juru bicara Kementerian Dalam Negeri Saad Maan sebelumnya mengumumkan bahwa Tiba Ali dibunuh pada 31 Januari 2023 di kediaman keluarganya di Kota Diwaniya, Irak.
Pembunuhan tersebut dilakukan oleh ayah kandung Ali saat dirinya sedang tertidur. Masih berdasarkan penuturan Saad, pembunuhan Ali disebut sebagai "perselisihan keluarga."
Banyak pelaku protes yang meyakini pembunuhan Tiba Ali merupakan imbas dari pengesahan pasal 41 KUHP negara tersebut yang mengizinkan suami untuk "mendisiplinkan" istri mereka termasuk dengan pemukulan.
Selain itu, ada juga pasal 409 yang menyebutkan pengurangan hukuman bagi pelaku pembunuhan laki-laki yang membunuh atau menyebabkan luka permanen bagi istri atau saudara perempuan mereka karena zina menjadi tiga tahun penjara.
Rosa al-Hamid aktivis Organisasi Kebebasan Perempuan di Irak yang menghadiri unjuk rasa tersebut mendesak pihak berwenang untuk mengesahkan rancangan undang-undang tentang kekerasan rumah tangga.
Ia mengklaim bahwa proses pembahasan RUU tersebut terhenti di tangan Parlemen Irak sejak 2019.
“Kami datang ke sini untuk memprotes pembunuhan Tiba dan melawan yang lainnya. Siapa yang akan menjadi korban berikutnya?” katanya seperti yang dikutip dari Aljazeera.
Cerita Lengkap Pembunuhan Youtuber Irak Tiba Ali
Tiba Ali merupakan Youtuber asal Irak yang tinggal di Istanbul, Turki sejak 2017. Ia merupakan salah satu Youtuber populer dengan lebih dari 200.000 subscriber dan sering membagikan konten kehidupannya selama hidup di Turki.
Tiba Ali diketahui memiliki seorang kekasih seorang investor real estate asal Suriah. Melalui sebuah video yang ia unggah pada 2021 lalu, Tiba Ali mengaku ingin pindah ke Turki dan melanjutkan pendidikannya di negara tersebut.
Melansir AP News, nyatanya rencana Ali untuk pindah ke Turki tidak disetujui oleh sang ayah. Menurut penuturan orang terdekat, ayah Ali juga tidak setuju jika Ali menikahi kekasihnya.
Akibatnya, Ali mengalami perselisihan besar dengan sang ayah selama kunjungannya di Irak. Bahkan sehari sebelum peristiwa pembunuhan, pihak kepolisian setempat sempat turun tangan untuk membantu melerai pertengkaran Ali dan ayahnya.
Selanjutnya, di malam hari pada saat Ali tengah tertidur ayahnya mencekik Ali hingga tewas. Sebelum dibunuh, Ali sempat mengirim rekaman audio kepada teman-temannya.
Rekaman tersebut kemudian dikirim kepada lembaga swadaya masyarakat (LSM) Irak yang mendukung Hak-Hak Perempuan. Berdasarkan keterangan dari pihak LSM, dalam rekaman suara tersebut terdengar suara Ali tengah bertengkar dengan orang tuanya.
Ali menyebutkan bahwa ia tidak akan kembali ke Irak karena saudara laki-lakinya melakukan pelecehan seksual terhadapnya. Audio diakhiri dengan ayahnya berteriak dan memukulnya, lalu terdengar suara Ali kesakitan.
Kendati demikian, rekaman suara tersebut belum bisa diverifikasi keasliannya secara independen oleh media setempat.
Editor: Addi M Idhom