tirto.id - Junta militer Myanmar dilaporkan melakukan serangan udara yang menyasar festival musik pada Minggu malam sehingga menewaskan banyak orang. Lantas, apa penyebabnya dan mengapa harus lokasi konser?
Myanmar Now mengutip laporan media dan juru bicara Organisasi Kemerdekaan Kachin (KIO) mengatakan, festival itu digelar untuk menghormati peringatan ke-62 berdirinya KIO, yang secara resmi ditandai pada tanggal 25 Oktober.
Konser itu digelar di Negara Bagian Kachin, utara Myanmar pada hari Minggu, tepatnya di situs bernama A Nang Pa di Kotapraja Hpakant yang kaya akan batu giok. Area itu berada dalam kendali Brigade 9 sayap bersenjata KIO, Tentara Kemerdekaan Kachin (KIA).
Kronologi Pesawat Tempur Militer Myanmar Bom Lokasi Konser
Saat festival masih berlangsung, sekitar pukul 20:30 waktu setempat, tiba-tiba tiga jet tempur junta militer Myanmar menjatuhkan bom. Peristiwa itu menewaskan sedikitnya 50 orang, termasuk empat artis terkenal di Kachin, bahkan melukai ratusan orang.
Kendati demikian, sumber di Kachin Baptist Convention (KBC) memperkirakan, jumlah korban tewas mungkin lebih banyak lagi dari perkiraan awal.
"Ini sangat menyedihkan. Banyak dari korban adalah rekan-rekan Kristen KBC kami dan mereka hanya warga sipil biasa,” kata sumber itu.
The Guardian memberitakan, serangan itu menewaskan 60 orang dan terjadi tiga hari sebelum menteri luar negeri Asia Tenggara dijadwalkan menghadiri pertemuan khusus di Indonesia untuk membahas meluasnya kekerasan di Myanmar.
Seorang juru bicara Asosiasi Artis Kachin mengatakan kepada Associated Press, pesawat militer menjatuhkan bom sekitar pukul 8 malam. Ada sekitar 300 dan 500 orang hadir dalam acara itu.
Ketika penyanyi Aurai sedang tampil, salah satu bom meledak di dekat panggung utama dan dia tewas seketika. Artis lain yang tewas dalam serangan itu adalah penyanyi Galau Yaw Lwi dan pemain keyboard bernama Ko King.
Aktor Lahtaw Zau Ding juga dilaporkan menjadi korban, tetapi Myanmar Now tidak dapat memverifikasi secara independen atas kematiannya pada saat laporan ini dirilis.
Berdasarkan rekaman video, setelah serangan militer, lokasi yang dibom itu rata karena ledakan, puing-puing berserakan, termasuk mesin, kendaraan dan bahan bangunan.
Petugas KIA yang datang ke lokasi juga turut menjadi korban, demikian seperti disampaikan juru bicara organisasi itu, Kolonel Naw Bu, sembari mengatakan KIO sedang bekerja memberikan perawatan medis bagi korban luka.
Apa Penyebab Militer Myanmar Bom Konser?
Insiden tersebut merupakan serangan udara paling mematikan yang dilakukan oleh junta di wilayah yang dikuasai KIA sejak kudeta militer pada Februari tahun lalu.
Masih menurut Myanmar Now. militer Myanmar telah berulang kali menuduh KIA memainkan peran penting dalam gerakan perlawanan anti-kudeta dengan cara melatih, mempersenjatai dan berkolaborasi dengan Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF).
Pada Senin pagi, bentrokan antara militer dan pasukan gabungan KIA dan PDF pecah di dekat kota Momauk, di mana pasukan junta menggunakan jet dan tembakan artileri berat.
Menurut pengakuan Zay Thu Aung, jet yang menyerang konser hari Minggu datang dari bandara Tada-U di Mandalay, dan kemungkinan besar buatan Rusia. Pesawat model Yak-130.
Dia adalah seorang kapten angkatan udara Myanmar yang membelot ke perlawanan setelah 17 tahun sebagai pilot militer.
“Sangat mungkin mereka menggunakan Yak-130 karena jet semacam itu bisa menjatuhkan bom seberat 500 pon atau 1.100 pon di malam hari,” katanya kepada Myanmar Now.
“Dewan militer akan melakukan apa pun yang diinginkannya… Mereka hanya berpikir untuk memenangkan perang.”
Zay Thu Aung memperkirakan bahwa waktu perjalanan melalui udara dari Tada-U ke Hpakant maksimal setengah jam, hanya menyisakan sedikit waktu peringatan.
Namun demikian, junta Myanmar belum melakukan konfirmasi atau memberikan komentar langsung atas kejadian ini.
Editor: Iswara N Raditya