Menuju konten utama

Cerita Korban Longsor Denpasar yang Selamat: Enggak Sempat Lari

Pemkot Denpasar berjanji mengurus kebutuhan para korban longsor Denpasar yang selamat seperti makanan, selimut serta keperluan medis.

Cerita Korban Longsor Denpasar yang Selamat: Enggak Sempat Lari
Para korban saat berada di wantilan desa setempat usai dievakuasi dari bencana tanah longsor, Denpasar, Senin (20/01/2025). Tirto.id/Sandra Gisela

tirto.id - Kejadian tanah longsor terjadi di Desa Ubung Kaja, Denpasar, Bali, Senin (20/01/2025) pagi. Akibat longsor tersebut, sekitar delapan orang sempat tertimbun longsor. Lima orang ditemukan meninggal dunia, sementara tiga orang lainnya selamat dari peristiwa nahas tersebut.

Salah satu korban selamat, Fiki Fernando (18) asal Rungkut, mengaku hendak mengganti baju saat longsor menimpa indekosnya. Dia selamat karena berhasil mencari lubang untuk keluar dari reruntuhan.

"Tiba-tiba, enggak sempat lari. Bingung, panik, kaget, di sini (paha kanan) kena. Saya berusaha sendiri menyelamatkan diri. Akhirnya saya selamat, minta pertolongan sama warga," kata Fernando ketika ditemui Tirto di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Bala Keselamatan William Booth, Senin (20/01/2025).

Meskipun berhasil selamat dari reruntuhan, Fernando kehilangan pamannya, Didit, yang meninggal usai tertimpa longsor. Pemuda tersebut juga kehilangan segala barang berharganya.

"Itu namanya juga musibah. Semua yang meninggal itu saudara. (Saya ingin) cari perusahaan nanti kalau sudah enakan," tuturnya dengan mata berkaca-kaca.

Sementara itu, Sulaiman (35) alias Frengki, sedang mengambil air untuk memandikan ayam-ayam di kandang saat kejadian nahas itu berlangsung. Dia juga bercerita salah satu korban meninggal sedang memasang gas untuk memasak.

"Enggak tahunya, dari atas itu ada satu batu lepas. Batu pondasi orang bangunan sebelah itu meledak, jadi kena kaki saya. Saya noleh ke belakang, sudah mau ambruk, saya lari. Enggak sempat panggil teman, sudah (hancur) begitu," terang Sulaiman.

Setelah menyelamatkan diri, Sulaiman mengaku melihat Fernando dan seorang korban selamat lainnya sedang berusaha keluar dari celah-celah lubang. Sementara itu, korban-korban lainnya berada di dalam reruntuhan.

"Saya bengkak di kaki, kena batu. Yang teman saya, (kamarnya) di sebelah saya, itu ketanam kepalanya, tapi bisa diselamatkan," lanjutnya.

Sulaiman mengaku sedang dalam keadaan bingung karena memikirkan keluarganya yang berada di Jawa dan lima orang temannya yang sudah meninggal. Dia juga ingin pemilik pondasi bangunan di belakang indekos bertanggung jawab atas kejadian tersebut.

"Wong sebelum ada bangunan di kos-kosan itu aman," ungkap Sulaiman.

Di sisi lain, Pemerintah Kota (Pemkot) Denpasar berjanji untuk mengurus kebutuhan korban yang selamat dalam kejadian tanah longsor tersebut. Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Denpasar, I Gusti Ayu Laxmy Saraswaty, telah memindahkan korban ke LKSA Bala Keselamatan William Booth sementara waktu.

"Wali Kota menginginkan dicarikan kos-kosan di lokasi dekat (tempat kejadian). Hanya saja, di sana enggak ada, penuh," ucap Laxmy.

Semula, korban-korban ditempatkan di wantilan (balai pertemuan) desa setempat. Namun, karena tempat tersebut dinilai tidak layak untuk ditempati korban, maka korban-korban dititipkan sementara waktu ke LKSA Bala Keselamatan.

Pemkot Denpasar juga akan menyiapkan kebutuhan, termasuk makanan dan selimut, serta tim medis untuk mengontrol luka-luka yang dimiliki korban selama 7 hari penanganan.

"Besok Dinas Kesehatan akan datang untuk kontrol," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait BENCANA ALAM atau tulisan lainnya dari Sandra Gisela

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Sandra Gisela
Penulis: Sandra Gisela
Editor: Andrian Pratama Taher