Menuju konten utama

Celios: BUMN Borong Dolar AS Terlambat

Bhima menilai seharusnya masing-masing BUMN seperti Pertamina dan PLN mesti mengurangi impor bahan baku terlebih dulu dibanding memborong dolar AS.

Celios: BUMN Borong Dolar AS Terlambat
Petugas menunjukkan uang dolar AS di salah satu gerai penukaran uang asing di Jakarta, Selasa (10/10/2023). ANTARA FOTO/Bagus Ahmad Rizaldi/sgd/YU

tirto.id - Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, menilai langkah Menteri BUMN, Erick Thohir untuk memborong dolar AS sudah telat. Dia menilai langkah tersebut dilakukan sebelum rupiah menyentuh di atas Rp16 ribu.

"Jadi keputusan memborong dolar AS saat ini terbilang terlambat ya, harusnya 3 bulan-4 bulan sebelumnya di mana rupiah belum melemah di atas Rp16 ribu," kata Bhima saat dihubungi, Jumat (19/4/2024).

Dia menilai masing-masing BUMN seperti Pertamina dan PLN mesti mengurangi impor bahan baku terlebih dulu di samping mengimbau memborong dolar AS.

"Masing-masing BUMN punya rencana mengurangi impor secara signifikan karena kalau beli dolar AS kalau impor masih tinggi ya sama saja," kata Bhima.

Sementara itu, Ekonom sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuabi, menuturkan, imbauan Erick Thohir, terkait perusahaan pelat merah untuk memborong dolar AS di tengah rupiah melemah memang tepat namun tidak etis untuk diketahui publik.

Tidak hanya itu, dia juga menuturkan, pernyataan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, terkait sanggahan tidak bijaksana terhadap langkah Erick juga tidak salah.

"Dari Menko Perekonomian dan BUMN semua sama-sama benar cuma dalam konteks seperti ini ET [Erick Thohir] sebagai Menteri BUMN seharusnya tidak terlalu terbuka dalam memberikan statement terhadap informasi rupiah mengalami pelemahan," kata Ibrahim.

Ibrahim menilai langkah Kementerian BUMN untuk memborong dolar AS tepat lantaran setiap tiga bulan sekali, perusahaan pelat merah tertentu memiliki kewajiban membayar dividen sehingga membutuhkan dolar AS cukup banyak.

"Setiap tiga bulan sekali itu ada pembayaran dividen, perusahaan BUMN yang listing di bursa itu harus membayar dividen sehingga membutuhkan dolar yang cukup banyak," ucap Ibrahim.

Baca juga artikel terkait RUPIAH MELEMAH atau tulisan lainnya dari Faesal Mubarok

tirto.id - Flash news
Reporter: Faesal Mubarok
Penulis: Faesal Mubarok
Editor: Intan Umbari Prihatin