Menuju konten utama

Cegah Penembakan Terulang, Siswa di AS Diminta Pakai Tas Transparan

Guna meningkatkan keamanan dan mencegah kasus serupa terulang, para siswa diminta untuk memakai ransel model transparan atau clear backpack

Cegah Penembakan Terulang, Siswa di AS Diminta Pakai Tas Transparan
Mobil polisi terlihat di Coral Springs setelah menembaki Marjory Stoneman Douglas High School di Parkland, Florida, AS, Rabu(14/02/2018). FOTO/Reuters

tirto.id - Insiden penembakan pada Februari lalu di SMA Marjory Stoneman Douglas Florida, Amerika Serikat telah menewaskan 17 orang. Pelaku diidentifikasi sebagai Nikolas Cruz, siswa 19 tahun yang dikeluarkan dari sekolah dengan alasan kedisiplinan.

Guna meningkatkan keamanan dan mencegah kasus serupa terulang, para siswa diminta untuk memakai ransel model transparan atau clear backpack saat tahun ajaran baru dimulai. Tas tersebut nantinya juga akan disediakan gratis.

"Tas punggung yang transparan adalah satu-satunya ransel yang akan diizinkan di sekolah," kata Kepala Sekolah Broward County Robert Runcie, seperti diwartakan CNN, Kamis (22/3/2018).

Selain kebijakan ransel baru, siswa dan staf sekolah juga akan diminta untuk memakai kartu identitas tiap kali berada di kampus.

Peraturan baru ini juga mencakup pemasangan detektor logam sehingga para siswa, staf, ataupun pengunjung sekolah diharuskan masuk melewati gerbang khusus.

"Kami akan dapat mengatur setiap pintu di sekolah selama jam sekolah dan untuk kegiatan setelah sekolah," kata penangggung jawab sekolah umum di daerah Broward County, Florida, Robert W. Runcie.

"Kami juga akan membawa siswa dan pengunjung masuk lewat saluran khusus dengan pengamanan dan orang-orang bertongkat [orang-orang dengan pemindai portabel] seperti yang Anda lihat di bandara," katanya menambahkan, mengutip BBC.

Sejak kasus penembakan di sekolah marak terjadi, Donald Trump telah mengatakan kepada politikus AS untuk melakukan "pemeriksaan latar belakang yang benar-benar kuat."

Sementara itu, Trump juga menghadapi kemarahan dari pemrotes anti-senjata karena menyarankan pelatihan para guru dan staf sekolah untuk menggunakan senjata api.

"Jika saja pelatih itu memiliki senjata api di lokernya saat dia berlari ke arah pria [bersenjata] itu - pelatih itu sangat berani, dia akan menyelamatkan banyak nyawa, saya kira,” ungkap Trump dalam pertemuan di Gedung Putih, 21 Februari lalu.

"Tapi jika dia memiliki senjata api, dia tidak akan harus lari, dia pasti akan menembaknya [pelaku]. Kondisi ini hanya akan jelas bagi orang-orang yang sangat mahir menangani pistol.”

Korban selamat dari penembakan di sekolah Florida menginisiasi demonstrasi terorganisir pertama gerakan anti-senjata. Mereka berunjuk rasa ke ibu kota negara bagian Florida untuk meminta anggota parlemen membatasi penjualan senapan.

"Kami menginginkan reformasi senjata. Kami menginginkan undang-undang senjata sesuai akal sehat," kata Delaney Tarr, salah satu demonstran.

Sementara itu, kebijakan baru berupa tas transparan ataupun detektor logam direspons negatif karena tidak akan berdampak apapun untuk mengatasi masalah kontrol senjata. Beberapa siswa mengatakan mereka tidak senang dengan perubahan itu.

Seorang siswa senior, Tyra Hemans (19) mengatakan kepada CNN bahwa ia yakin, memaksa siswa membawa ransel transparan tidak cukup menjawab masalah nyata keamanan sekolah. Insiden serupa bisa saja terjadi lagi selama undang-undang senjata longgar.

"Aku tidak senang dengan itu. Kenapa menghukumku hanya karena tindakan satu orang?" dia berkata. "Kami tahu akar masalahnya. [Anggota parlemen] Tidak mau membuat undang-undang senjata menjadi ketat."

Hemans percaya kebijakan ransel transparan juga melanggar privasi siswa. Selain itu, penggunaan detektor logam akan mengubah sekolah itu menjadi penjara. "Aku ingin pergi ke sekolah, bukan ke tahanan."

Baca juga artikel terkait PENEMBAKAN atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari