Menuju konten utama

Cegah Hoaks, WhatsApp Hapus 2 Juta Akun Tiap Bulan

Dari 2 juta akun, 75% di antaranya dieksekusi tanpa laporan pengguna.

Cegah Hoaks, WhatsApp Hapus 2 Juta Akun Tiap Bulan
Ilustrasi WhatSapp. FOTO/Getty Images

tirto.id - WhatsApp "diam-diam" telah menghapus 2 juta akun tiap bulan guna mencegah aksi spam, phishing, termasuk hoaks yang beredar di platformnya.

Matt Jones, insinyur perangkat lunak WhatsApp mengungkap, penghapusan ini bahkan dapat dilakukan saat akun yang dicurigai mendaftar.

Melansir Venturebeat, Kamis (7/2/2019), WhatsApp telah membangun machine learning untuk mendeteksi aktivitas pengguna yang tak wajar.

Beberapa perilaku yang dimaksud, seperti mengirim pesan massal, mendeteksi nomor telepon dan lokasi negara yang tak cocok, alamat IP, dan aktivitas kirim pesan tinggi usai mendaftar.

"Pengiriman pesan massal melanggar pedoman kami, salah satu prioritas kami adalah mencegah dan menghentikan penyalahgunaan seperti ini," ujar Jones dikutip laman 9to5mac.

Jones juga mengatakan, WhatsApp telah mengidentifikasi cara penyalahgunaan platformnya melalui perangkat lunak khusus. Tak hanya itu, dijumpai pula perangkat tertentu yang mendukung puluhan kartu SIM.

"[Perangkat lunak khusus] memungkinkan pengguna menjalankan beberapa akun WhatsApp yang berbeda di satu komputer," ujarnya.

Mengandalkan machine learning yang mereka kembangkan, WhatsApp mengklaim, dari jutaan akun terblokir per bulan, 75 persen di antaranya dieksekusi tanpa laporan pengguna. Sisanya, dihapus manual.

Pembatasan Pesan Foward

Sebelumnya, WhatsApp telah merilis kebijakan baru dalam pengiriman pesan yang diteruskan pada 21 Januari lalu. Kini, pengguna maksimal hanya dapat meneruskan pesan terpilih sebanyak 5 kali.

Adapun fitur pembatasan penerusan pesan ini pertama kali diuji coba di India pada Juli 2018 lalu. Ini merupakan tindak lanjut dari insiden yang menelan korban jiwa di negara tersebut akibat pesan berantai misinformasi yang beredar di WhatsApp.

"Kami meluncurkan uji coba untuk membatasi penerusan pesan yang akan berlaku untuk semua pengguna WhatsApp [di India]," bunyi pernyataan WhatsApp pada 19 Juli 2018.

Menurut CNET, India jadi salah satu lumbung pengguna WhatsApp terbesar di dunia. 200 juta orang menggunakan aplikasi ini dan meneruskan lebih banyak pesan, foto, serta video dibandingkan negara lain.

WhatsApp mengaku tak dapat membaca isi pesan yang dikirim lantaran terenkripsi end-to-end. Hanya pengirim dan penerima pesan yang memiliki kemampuan itu.

Meski begitu, WhatsApp dapat mendeteksi perilaku berkirim pesan jika ada aktivitas tidak wajar, misalnya meneruskan pesan ke banyak orang sekaligus.

Wakil Direktur Kebijakan Publik dan Komunikasi WhatsApp Victoria Grand mengatakan, pembatasan pesan yang diteruskan ini akan mempersulit aktivitas para penyebar hoaks.

"Mempersulit orang-orang yang kurang bertanggung jawab untuk meneruskan pesan," kata Grand pada 21 Januari 2019.

WhatsApp mengklaim, data mereka menunjukkan, sejak fitur pembatasan ini diluncurkan, perilaku meneruskan pesan secara global turun hingga 25 persen.

Baca juga artikel terkait HOAKS atau tulisan lainnya dari Ibnu Azis

tirto.id - Teknologi
Penulis: Ibnu Azis
Editor: Ibnu Azis