Menuju konten utama
Pandemi COVID-19

Cegah Corona, Muhammadiyah Tetap Anjurkan Salat Idul Adha di Rumah

Meski memasuki era new normal, Muhammadiyah tetap menganjurkan salat Idhul Adha yang jatuh pada 31 Juli 2020 dilaksanakan di rumah karena kasus COVID-19 belum juga turun.

Cegah Corona, Muhammadiyah Tetap Anjurkan Salat Idul Adha di Rumah
Warga Muhammadiyah bersiap melaksanakan salat Idul Adha di Helipad Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur, Minggu (11/8/2019). Salat Idul Adha tersebut diikuti ribuan warga Muhammadiyah setempat dan mahasiswa asal luar pulau Jawa yang tidak mudik. ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/hp.

tirto.id - Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menganjurkan salat Idhul Adha yang jatuh pada 31 Juli 2020 untuk dilaksanakan di rumah. Salat dan ibadah di rumah dianjurkan untuk menanggulangi persebaran Covid-19 yang grafik kasusnya masih belum menunjukkan penurunan.

Tutunan yang dikeluarkan oleh Muhammadiyah ini tidak jauh berbeda saat pelaksanaan salat Idulfitri yang lalu. Dalam situasi pandemi Covid-19 ini, tetap dianjurkan untuk membatasi kegiatan yang menimbulkan kerumunan.

“Salat Idul Adha sangat dianjurkan dilakukan di rumah masing-masing dengan alasan keadaan persebaran Covid-19 belum menunjukkan grafik yang menurun secara signifikan walapun kita sudah menamakan dalam keadaan new normal,” kata Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Syamsul Anwar dalam konferensi pers, Rabu (24/6/2020).

Konsep new normal atau kelaziman hidup baru di tengah pandemi ini, kata dia, semata-mata untuk mendukung kegiatan bidang lain terutama di bidang ekonomi untuk keberlangsungan hidup masyarakat. Sementara untuk kegiatan yang masih bisa dilakukan di rumah seperti ibadah, dianjurkan dilakukan di rumah.

Kendati demikian jika memang tetap dilakukan di luar rumah, PP Muhammadiyah menganjurkan agar tetap mematuhi protokol kesehatan. Tertutama harus di lihat terlebih dahulu apakah daerah tersebut dinilai aman atau tidak dari persebaran Covid-19.

Selain itu, salat yang dilakukan di luar rumah harus dilakukan dalam kelompok kecil, misalnya kampung sebatas RT dan RW masing-masing. Sehingga hal itu dapat mengurangi kerumunan dan pelaksanaan protokol kesehatan lebih mudah diawasi.

“Karena kita tidak tahu orang yang kelihatan sehat, dia pernah ke mana saja […] Apalagi sekarang banyak orang tanpa gejala,” Syamsul.

Sementara itu untuk pelaksanaan ibadah kurban, Muhammadiyah menganjurkan untuk mengutamakan bersedekah berupa uang dari pada menyembelih hewan kurban. Hal ini karena dampak ekonomi saat pandemi Covid-19 ini membuat banyak orang dinilai lebih membutuhkan bantuan berupa uang.

Namun jika memang dirasa mampu menjalankan sedekah dan menyembelih hewan kurban, maka hal itu lebih baik.

Ketua Muhammadiyah Covid-19 Command Center Agus Samsudin mengatakan agar pelaksanaan kurban juga diperhatikan supaya tidak menimbulkan kerumunan yang dapat mengakibatkan terjadinya persebaran Covid-19.

Solusinya bila ingin berkurban, setiap individu dapat menyerahkan ke lembaga untuk dapat dikelola secara terpusat. Atau penyembelihan dilakukan di rumah potong hewan.

Akan tetapi, jika tetap dilakukan di tempat, maka lebih baik dilakukan pembatasan jumlah hewan kurban. Sehingga para takmir masjid diimbau untuk membuat kepanitiaan yang sistematis agar dapat menjalankan protokol dengan baik termasuk menjamin penggunaan alat pelindung diri saat proses penyembelihan.

“Protokol ini harus ditaati oleh semuanya. Kami tidak ingin salat Idul Adha dan penyembelihan hewan kurban jadi klaster persebaran Covid-19,” kata Agus.

Baca juga artikel terkait IDUL ADHA 2020 atau tulisan lainnya dari Irwan Syambudi

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Irwan Syambudi
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Abdul Aziz