Menuju konten utama

Hukum Puasa Dzulhijjah, Arafah, Tarwiyah dan Bacaan Niat & Artinya

Puasa Dzulhijjah hari 1-7, puasa Tarwiyah, dan puasa Arafah hukumnya apa dalam agama Islam? Berikut penjelasannya.

Hukum Puasa Dzulhijjah, Arafah, Tarwiyah dan Bacaan Niat & Artinya
Ilustrasi. foto/istockphoto

tirto.id - Puasa Dzulhijjah hari 1-7, puasa Tarwiyah, dan puasa Arafah hukumnya apa dalam agama Islam?

Dzulhijjah merupakan salah satu bulan yang istimewa dalam kalender Hijriah, selain Ramadan dan Muharram. Selain salah Idul Adha, memotong hewan kurban dan ibadah haji, sejumlah amalan sunah pun bisa dikerjakan pada bulan Dzulhijjah.

Di antara amalan-amalan sunah itu, adalah puasa Tarwiyah dan Arafah yang dianjurkan bagi umat Islam untuk dilaksanakan pada tanggal 8 dan 9 Dzulhijjah.

Selain itu, puasa Dzulhijjah juga sunah dikerjakan pada sembilan hari pertama Dzulhijjah.

Hukum Puasa Dzulhijjah

Puasa pada sembilan hari di awal bulan Dzulhijjah juga diyakini memiliki keistimewaan. Dalam Al-Qur'an surah Al-Fajr ayat 1 dan 2, Allah SWT berfirman bahwa:

وَالْفَجْرِ .وَلَيَالٍ عَشْرٍ

Artinya: "Demi waktu subuh. Dan sepuluh malam."

Dikutip dari NU Online, menurut Ibnu Abbas, Ibnu Zubair, Mujahid, dan sejumlah ulama salaf serta kontemporer, yang dimaksud "sepuluh malam" dalam ayat di atas adalah "sepuluh malam pertama bulan Dzulhijjah."

Pendapat di atas didasarkan pula pada hadis riwayat Imam Bukhari berikut, yang artinya:

"Dari Ibnu Abbas dengan kualitas hadis marfu': Tidak ada hari-hari di mana amal sholih lebih disukai Allah SWT pada hari itu daripada hari-hari ini, maksudnya 10 hari Dzulhijjah. Kemudian para sahabat bertanya, ‘Dan bukan pula jihad, ya Rasulullah?’ Rasul lalu menjawab, ‘Dan tidak pula jihad di jalan Allah kecuali seorang lelaki yang keluar membawa diri dan hartanya kemudian ia pulang tak lagi membawa apa-apa," (HR Bukhari 969).

Dalam hadis lain yang juga diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas dan tercatat di dalam Sunan At-Tirmidzi, disebutkan:

"Rasulullah SAW berkata: Tiada ada hari lain yang disukai Allah SWT untuk beribadah seperti sepuluh hari ini," (HR At-Tirmidzi).

Hadits di atas menunjukkan bahwa amal sholeh pada 10 hari pertama di bulan Dzulhijjah sangat dianjurkan atau sunah.

Kembali mengutip NU Online, Hengki Ferdiansyah dalam artikel "Ini Keutamaan Puasa Sembilan Hari di Bulan Dzulhijjah" menulis bahwa Mayoritas ulama memakai hadis tersebut sebagai dalil hukum kesunahan puasa pada sembilan hari awal bulan Dzulhijjah. Puasa yang dimaksud adalah selama 9 hari, sejak 1 Dzulhijjah (termasuk Arafah dan Tarwiyah). Sebab, tanggal 10 Dzulhijjah atau saat Idul Adha merupakan hari terlarang untuk berpuasa.

Keutamaan Puasa Dzulhijjah

Di antara 10 hari pertama pada bulan Dzulhijjah, terdapat tiga hari yang dianggap paling istimewa. Pertama, tanggal 8 Dzulhijjah yang dinamakan dengan yaumu tarwiyah (hari tarwiyah).

Berikutnya adalah tanggal 9 Dzulhijjah. Hari ini disebut dengan yaumul arafah (hari arafah). Dan, yang ketiga ialah tanggal 10 Dzulhijjah atau yaumun nahr.

Meskipun demikian, seperti disebutkan dalam artikel karya Ulil H berjudul "Fadhilah Puasa di Bulan Dzulhijjah" yang dilansir NU Online, masing-masing dari tujuh hari lain pada awal Dzulhijjah juga mempunyai keistimewaan. Berdasarkan sejumlah hadis, keutamaan masing-masing hari pada 10 hari awal bulan Dzulhijjah adalah sebagai berikut.

1 Dzulhijjah

Pada hari ini, Nabi Adam diampuni Allah SWT setelah memohon pengampunan karena memakan buah kuldi yang ada di dalam surga.

2 Dzulhijjah

Pada hari ini, Nabi Yunus AS diselamatkan Allah SWT setelah beberapa hari berada di dalam perut ikan Nun. Saat di perut ikan, Yunus AS terus bertasbih dan beribadah kepada Allah SWT.

3 Dzulhijjah

Hari dikabulkannya doa Nabi Zakariya AS, yakni dikaruniai anak dengan nama Yahya.

4 Dzulhijjah

Hari kelahiran Nabi Isa AS.

5 Dzulhijjah

Hari kelahiran Nabi Musa AS.

6 Dzulhijjah

Hari kemenangan bagi para nabi dalam berjuang mengajarkan ketauhidan.

7 Dzulhijjah

Hari ditutupnya pintu neraka jahanam.

8 Dzulhijjah

Disebut hari Tarwiyah. Dalam bahasa Arab, "tarwiyah" berarti "proses berpikir", dan pada hari itu, Nabi Ibrahim merenung soal mimpinya menerima perintah Allah SWT untuk menyembelih putranya sendiri, Ismail.

9 Dzulhijjah

Disebut hari Arafah. Hari Arafah juga berkaitan dengan riwayat pensyariatan kurban. Pada hari ini, Nabi Ibrahim AS memahami makna mimpinya sebagai wahyu dari Allah SWT. Adapun kata "Arafa" dalam bahasa Arab artinya mengetahui.

10 Dzulhijjah

Hari ini disebut yaumun nahr dan waktu penyembelihan hewan kurban. Pada hari ini, diharamkan berpuasa.

Bacaan Niat Puasa Dzulhijjah, Arafah dan Tarwiyah

Puasa Dzulhijjah, Tarwiyah dan Arafah dilaksanakan seperti puasa sunah lainnya. Umat Islam yang menjalankan ibadah sunah ini diharuskan tidak melakukan semua hal yang membatalkan puasa, sejak terbit fajar hingga matahari terbenam. Selain itu, mereka yang menjalankan puasa ini juga perlu membaca niat.

1. Niat puasa sunah pada tanggal 1-7 Dzulhijjah

نويت صوم شهر ذى الحجة سنة لله تعالى

Bacaan latin: Nawaitu shauma syahri Dzilhijjati sunnatan lillahi ta'ala

Artinya: Saya niat berpuasa sunnah di bulan Dzulhijjah karena Allah Taala.

2. Niat puasa sunah tanggal 8 Dzulhijjah atau puasa tarwiyah

نويت صوم التروية سنة لله تعالى

Bacaan latinnya: Nawaitu shaumal tarwiyata sunnatan lillahi ta’ala.

Artinya: Saya niat berpuasa sunah Tarwiyah karena Allah SWT.

3. Bacaan niat puasa tanggal 9 Dzulhijjah atau puasa Arafah

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ يَوْمِ عَرَفَةَ لِلهِ تَعَالَى

Bacaan latinnya: Nawaitu shauma ghadin ‘an ada’i sunnati yauma Arafah lillahi ta‘ala.

Artinya: Saya berniat puasa sunah Arafah esok hari karena Allah SWT.

Sebagaimana puasa sunah lainnya, membaca niat puasa Arafah ini juga boleh dilaksanakan pada siang hari, sejauh yang menjalankan ibadah ini belum makan, minum dan melakukan hal-hal yang membatalkan puasa lainnya sejak terbit fajar hingga waktu Zuhur.

Bacaan niat puasa Arafah jika diucapkan pada siang hari adalah:

نَوَيْتُ صَوْمَ هَذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ عَرَفَةَ لِلهِ تَعَالَى

Bacaan latinnya: Nawaitu shauma hadzal yaumi ‘an ada’i sunnati Arafah lillahi ta'ala.

Artinya: Saya berniat puasa sunnah Arafah pada hari ini karena Allah SWT.

Keutamaan Bulan Dzulhijjah

Anjuran memperbanyak amal saleh di bulan Dzulhijjah terdapat dalam beberapa hadits. Misalnya hadits riwayat Ibnu ‘Abbas yang ada di dalam Sunan At-Tirmidzi:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ما من أيام العمل الصالح فيهن أحب إلى الله من هذه الأيام العشر

Artinya, “Rasulullah SAW berkata: Tiada ada hari lain yang disukai Allah SWT untuk beribadah seperti sepuluh hari ini,” (HR At-Tirmidzi).

Hadits di atas menunjukkan melakukan amalan apa pun di sepuluh hari pertama Dzulhijjah sangat dianjurkan. Tetapi, kebanyakan ulama menggunakan hadits di atas sebagai dalil anjuran puasa sembilan hari pada awal Dzulhijjah.

Sementara Ibnu Majah memberi judul bab hadis di atas dengan puasa sepuluh hari atau shiyamul ‘asyr yang artinya, secara tidak langsung Ibnu Majah selaku perawi menjadikan hadits itu sebagai dalil kesunahan puasa.

Oleh sebab itu, Ibnu Hajar dalam Fathul Bari mengatakan:

واستدل به على فضل صيام عشر ذي الحجة لاندراج الصوم في العمل

Artinya, “Hadits ini menjadi dalil keutamaan puasa sepuluh hari di bulan Dzulhijjah, karena puasa termasuk amal saleh.”

Kendati disebutkan puasa sepuluh hari dalam hadits di atas, ini bukan berarti pada tanggal 10 Dzulhijjah juga dianjurkan puasa.

Justru tanggal 10 Dzulhijjah dilarang berpuasa karena bertepatan dengan Idul Adha.

An-Nawawi sebagaimana dikutip Al-Mubarakfuri dalam Tuhfatul Ahwadzi menjelaskan:

والمراد بالعشر ها هنا الأيام التسعة من أول ذي الحجة

Artinya, “Yang dimaksud sepuluh hari di sini ialah sembilan hari, terhitung dari tanggal satu Dzulhijjah.”

Berdasarkan pendapat An-Nawawi ini, siapa pun disunahkan untuk beramal sebanyak-banyaknya di bulan Dzulhijjah khususnya puasa sembilan hari di awal bulan.

Baca juga artikel terkait IDUL ADHA atau tulisan lainnya dari Beni Jo

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Beni Jo
Penulis: Beni Jo
Editor: Addi M Idhom
Penyelaras: Yulaika Ramadhani