Menuju konten utama

CDC Rilis Data Kematian Akibat Vape dan Rokok Elektronik

CDC merilis data kasus cedera paru-paru terkait penggunaan rokok elektronik atau vape di 48 negara bagian wilayah Amerika Serikat.

CDC Rilis Data Kematian Akibat Vape dan Rokok Elektronik
Ilustrasi Vape. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Awal Oktober ini, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) merilis data kasus cedera paru-paru terkait penggunaan rokok elektronik atau vape di 48 negara bagian wilayah Amerika Serikat. Dari 889 pasien, sekitar 70 persen pasien adalah laki-laki dengan 80% pasien berusia di bawah 35 tahun, 16% berusia di bawah 18 tahun, dan 21% berusia 18 hingga 20 tahun.

Hingga saat ini 15 negara bagian melaporkan 18 pasien telah meninggal dunia dari rentang usia 27 hingga 71 tahun. Seluruh pasien dalam data ini memiliki riwayat penggunaan produk rokok elektronik dengan 578 pasien di antaranya menggunakan produk vaping dalam tiga bulan sebelum timbul gejala.

Peristiwa ini tentu mengejutkan mengingat beberapa tahun lalu konsumsi vaping dianggap aman oleh banyak orang. Ditambah orang-orang yang mengonsumsi rokok elektronik berasal dari kalangan masyarakat muda.

Menurut Harvard Health Publishing, masih belum ada ahli yang benar-benar yakin apakah vaping penyebab masalah paru-paru ini, tetapi yang jelas penyebab paling mungkin adalah kontaminan. Rokok elektronik dipercaya menyebabkan iritasi bahan kimia, reaksi alergi, atau kekebalan terhadap berbagai bahan kimia atau zat lain dalam uap yang dihirup.

"E-rokok tidak dapat dengan mudah dikategorikan sebagai menguntungkan atau berbahaya," kata David Eaton ketua komite National Academies of Sciences Engineering, and Medicine (NASEM) seperti yang dilansir dari Medical News Today.

Menurutnya penggunaan rokok elektronik menunjukkan efek buruk meskipun di sisi lain menawarkan kesempatan penggunanya untuk mengurangi penyakit dari penggunaan rokok.

Dalam laporannya, Eaton menemukan dalam rokok elektronik mengandung bermacam-macam zat yang berpotensi menjadi racun, seperti nikotin. Nikotin dikatakan sebagai zat yang sangat adiktif dan dapat mempengaruhi perkembangan otak pada ramaja. Beberapa rokok elektronik yang katanya ‘bebas nikotin’ terntara mengandung senyawa ini.

Terdapat bukti substansial di mana detak jantung meningkat setelah asupan nikotin dari rokok elektronik. Selain itu terdapat pula bahan kimia lainnya dalam aerosol rokok seperti formaldehyde dan acrolein yang bisa menyebabkan kerusakan DNA.

Kerusakan DNA bisa menyebabkan berbagai masalah dalam kesehatan dan risiko jangka panjang yang berupa kanker. Pada tingkat paparan yang cukup tinggi, rokok elektronik dapat menjadi salah satu zat karsinogenik.

Belum lagi masalah pernapasan yang dihasilkan dari asap rokok eletronik yang cenderung lebih banyak dibanding rokok biasa. Laporan ini juga membuktikan bahwa rokok elektronik menyebabkan peningkatan batuk dan mengi pada remaja, serta peningkatan eksaserbasi asma.

Biasanya gejala buruk dari konsumsi rokok elektronik akan muncul secara bertahap, mulai dari sesak napas, dada nyeri, hingga gangguan pernapasan lainnya. Dari kasus ini CDC menyarankan untuk menghentikan terlebih dulu penggunaan rokok elektronik.

Baca juga artikel terkait ROKOK ELEKTRIK atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Yonada Nancy
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Dipna Videlia Putsanra