tirto.id - Rokok elektrik atau vape menjadi pilihan banyak orang untuk mengganti rokok tembakau. Bedanya adalah pada cara penggunaannya, di mana vape saat dihisap akan menghasilkan uap air.
Banyak orang berpikir menghisap vape lebih aman, padahal rokok elektrik yang berisi cairan ini pun tak kalah berbahayanya dan hampir sama efeknya seperti merokok tembakau, demikian seperti diwartakan Vox.
Bahkan vape telah membuat ratusan orang sakit dan sering dikaitkan dengan masalah kesehatan serius lainnya.
Gejala
Seseorang yang mengalami sakit karena tak kuat mengonsumsi vape, biasanya mulai mengalami gejala dari beberapa hari hingga beberapa minggu setelah menggunakan rokok elektrik tersebut.
Berdasarkan laporan dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), gejalanya biasanya menyerang pernapasan, termasuk batuk, sesak napas, sakit dada, dan kesulitan bernapas.
Sementara untuk gejala umumnya akan mengalami mual, muntah, diare, kelelahan, sakit perut, demam, dan penurunan berat badan.
Sebuah studi New England Journal of Medicine (NEJM) menyebutkan, kebanyakan penderita adalah laki-laki dan umumnya saat sakit berusia rata-rata 19 atau di atas 19 tahun.
Hampir setiap pasien yang sakit melaporkan bahwa mereka adalah pengguna aktif vape dalam 90 hari terakhir di mana sebagian besar dilaporkan menggunakan produk berbasis THC, dan mayoritas juga melaporkan menggunakan produk berbasis nikotin.
“Cairan dalam vape telah terbukti mengandung setidaknya enam kelompok senyawa yang beracun. Pengaruh penambahan bahan-bahan seperti THC atau CBD ke dalam campuran ini perlu diselidiki,” tulis NEJM.
Saat dilakukan rontgen paru-paru, terlihat jika ada peradangan yang telah menginfeksi paru-paru. Tetapi ketika dokter mencoba menemukan sumber bakteri atau virus dari penyakit tersebut, mereka malah gagal.
Berikut ini lima fakta yang perlu diketahui saat merokok dengan vape seperti dilansir situs Hopkins Medicine:
- Vape sama berbahayanya dengan rokok tradisional. Vape atau rokok elektrik terbuat dari nikotin yang dipanaskan (diekstraksi dari tembakau), ditambahkan dengan perasa dan bahan kimia lainnya untuk membuat uap air dan dihirup. Sementara rokok tembakau biasa mengandung 7.000 bahan kimia, banyak di antaranya bahkan beracun. Jadi bahannya sebenarnya sama hanya dikemas dengan cara yang berbeda.
- Vape tidak aman dan buruk bagi kesehatan. Nikotin adalah sumber utama dalam rokok tembakau maupun rokok elektrik, dan bersifat sangat adiktif. Nikotin juga mengandung zat yang beracun sehingga dapat meningkatkan tekanan darah, memacu adrenalin, serta meningkatkan denyut jantung yang efek terparahnya bisa membuat seseorang mengalami serangan jantung.
- Vape dan rokok tembakau bisa membuat kecanduan. Rokok biasa dan vape yang mengandung nikotin bisa memuat orang kecanduan hampir sama seperti heroin dan kokain. Bahkan yang lebih buruk, banyak pengguna rokok elektrik justru mendapatkan lebih banyak nikotin daripada rokok tembakau biasa.
- Vape bukan alat berhenti merokok terbaik. Meskipun beberapa orang menyebutkan jika vape berfungsi sebagai alat yang dapat membantu seseorang berhenti merokok, buktinya tidak seperti itu. Sebuah studi bahkan menemukan bahwa kebanyakan orang yang berniat menggunakan vape untuk menghentikan kebiasaan merokok, justru terus merokok baik rokok tradisional maupun vape.
- Generasi milenial adalah pengguna vape terbanyak. Vape atau rokok elektrik saat ini memang lebih populer daripada produk tembakau tradisional. Pada 2015, ahli bedah umum A.S. melaporkan bahwa penggunaan vape di kalangan siswa sekolah menengah telah meningkat 900 persen, dan 40 persen penggunanya merupakan orang yang tidak pernah menghisap merokok tembakau.
Editor: Agung DH