tirto.id - Center of Reform on Economics (CORE) menilai, langkah Prabowo-Sandiaga yang ingin mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen dengan cara menggunakan indikator konsumsi sulit dilakukan.
Direktur Eksekutif CORE, Mohammad Faisal mengatakan, bila pemerintah selanjutnya masih mengandalkan sektor konsumsi, maka pertumbuhan ekonomi diprediksi hanya akan bertengger di angka 5 persen.
"Konsumsi sebenarnya stabil saja di 5 persen. Jadi bukan dengan konsumsi jika ingin mendorong pertumbuhan ekonomi dalam 5 tahun," ucap Faisal saat dihubungi reporter Tirto pada Senin (15/4/2019).
Ia kemudian menyarankan agar pemerintah menggenjot sektor manufaktur dan investasi apabila ingin meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Sebab, Faisal menilai, negara-negara seperti Cina dan Vietnam dapat mencapai pertumbuhan ekonomi dua digit karena didukung dengan pertumbuhan industri yang tak kalah pesat.
"Kalau tadi pertumbuhan investasi setinggi-tingginya 8 persen, pertumbuhan investasi harus di atas 10 persen dobel digit. Itu yang naikin pertumbuhan ekonomi ya investasi dan manufaktur," ucap Faisal.
Sementara di Indonesia, kata Faisal, ia belum melihat adanya dorongan dari investasi dan manufaktur. Alhasil. ia tak heran bila pertumbuhan ekonomi 8 persen bisa jadi masih sulit dicapai.
"Kondisi beberapa tahun terakhir manufaktur kan kontraksi mengalami penurunan nilai tidak hanya perlambatan. Ini yang harus dibalikan," ucap Faisal.
Pada Sabtu (13/4) lalu, Ekonom senior Rizal Ramli mengatakan target pertumbuhan ekonomi 8 persen ala Prabowo-Sandiaga dapat dicapai dengan beberapa solusi terkait konsumsi masyarakat. Salah satunya dilakukan dengan menurunkan Tarif Dasar Listrik (TDL) agar daya beli masyarakat dapat tumbuh.
Masih terkait daya beli, Rizal menilai harga komoditas pangan juga harus diturunkan dengan memberantas praktek kartelisasi. Ia juga merekomendasikan agar pemerintah mempermudah akses masyarakat ke sektor properti sehingga hunian lebih mudah dan terjangkau.
"Growth 5 persen buat Indonesia enggak cukup. Kita harus lebih tinggi. Berapa yang reasonable? Menurut kami 8 persen. Barat selalu dobel digit. Jepang dobel digit. Cina dobel digit. Kalau kita mau jadi negara hebat ini dobel digit," kata Rizal usai debat pamungkas Pilpres, Sabtu (14/4/2019).
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Alexander Haryanto