tirto.id - Orang tua harus peka dengan kondisi kesehatan mental sang anak. Sebab, banyak anak mengalami ketakutan, kecemasan, kesedihan bahkan keputusasaan dalam masa pertumbuhannya.
Apabila hal-hal tersebut terjadi secara terus menerus, maka dapat disinyalir bahwa anak mengalami depresi. Berdasarkan data yang dirilis CDC, presentase anak berusia 6-17 tahun yang pernah didiagnosis menderita kecemasan atau depresi meningkat dari 5,4 persen pada 2003 menjadi 8 persen di 2007 dan meningkat lagi menjadi 8,4 persen pada 2011-2012.
Anak-anak yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat depresi atau gangguan mental lain (seperti bipolar) biasanya rentan terkena depresi. Walaupun memiliki kecenderungan genetik, hal ini tidak berarti bahwa anak-anak atau remaja tersebut pasti akan mengalami depresi.
Selain itu, anak-anak yang memiliki kondisi medis yang parah atau penyakit kronis memiliki risiko menderita depresi yang lebih besar. Berikut faktor penyebab depresi seperti dilansir laman Verywellmind:
- Ketidakseimbangan neurotransmiter dan hormon tertentu yang berperan dalam cara kerja otak dan memengaruhi suasana hati;
- Stres atau trauma akibat perubahan mendadak seperti pindah rumah, perceraian, atau peristiwa traumatis seperti pelecehan dan penyerangan;
- Lingkungan yang stres, kacau, atau tidak stabil;
- Penolakan dan intimidasi di sekolah.
Depresi pada anak dapat diidentifikasi dengan melihat tingkah laku sehari-hari. Beberapa tanda-tanda depresi anak seperti yang dilansir cdc.gov yaitu:
- Merasa sedih, putus asa, atau menjadi lebih pemarah;
- Tidak lagi tertarik pada hal-hal yang sebelumnya sangat digemari;
- Mengalami perubahan pola atau nafsu makan (semakin banyak atau semakin sedikit makan);
- Mengalami perubahan pola tidur (semakin sering/lama tidur atau semakin jarang/susah tidur);
- Memperilhatkan perubahan tenaga (menjadi lelah, lesu atau tegang dan gelisah di banyak waktu);
- Kesulitan untuk memperhatikan;
- Merasa bersalah, tidak berguna, atau tidak berharga;
- Melukai dan merusak diri sendiri.
Selain ciri-ciri di atas tadi, Anxiety and Depression Association of America juga memaparkan beberapa gejala lain, seperti:
- Menarik diri dari lingkungan sosial;
- Melarikan diri dari rumah atau berencana untuk melarikan diri dari rumah;
- Berbicara tentang keputusasaan atau rendahnya harga diri;
- Merencanakan atau bahkan melakukan bunuh diri.
Tidak semua gejala di atas menandakan depresi. Untuk memenuhi kriteria sebagai depresi, gejala biasanya akan berlangsung hampir setiap hari, minimal selama 2 minggu. Walaupun demikian, beberapa anak tidak menunjukkan tanda-tanda depresi seperti yang disebutkan di atas.
Anak-anak biasanya sulit mengatakan apa yang mereka rasakan dan apa yang mereka alami. Oleh karena itu, banyak anak dengan depresi akan bertingkah laku seperti biasanya atau bahkan tidak terlihat sedih sama sekali.
Selain itu, depresi juga dapat mengakibatkan anak membuat masalah atau sebaliknya, bertingkah tanpa antusiasme. Hal ini biasanya justru membuat orang lain salah sangka, mengira bahwa anak tersebut adalah biang masalah atau pemalas.
Untuk mengatasi depresi pada anak, para orang tua bersama dengan anak dapat mengunjungi penyedia layanan kesehatan atau spesialis kesehatan mental untuk mendapatkan diagnosa.
Karena tidak ada tes spesifik untuk depresi, dokter biasanya menggunakan penilaian psikologis untuk menilai tipe dan keparahan dari gejala depresi yang dialami oleh anak.
Dengan berkonsultasi, para spesialis akan mendiagnosis penyebab depresi dan menilai langkah penyembuhan apa saja yang cocok untuk diterapkan. Beberapa langkah lain yang mendukung penyembuhan antara lain:
- Mengonsumsi makanan bernutrisi;
- Melakukan aktivitas fisik setidaknya 1 jam per hari;
- Merencanakan waktu tidur yang sesuai dengan umur anak;
- Mempraktekkan teknik relaksasi atau meditasi mindfulness;
- Mengonsumsi obat antidepresan.
Walaupun antidepresan efektif untuk penyembuhan, penggunaannya harus dalam pengawasan yang cermat untuk mengurangi efek samping.
Untuk itu, seperti dilansir laman verywellmind, juga dianjurkan upaya penyembuhan tanpa obat, yaitu dengan melakukan psikoterapi, atau terapi ‘berbicara’.
Walaupun banyak dilakukan dengan duduk dan berbicara, terapi ini sangat efektif untuk menguak penyebab depresi. Selain itu, terapi ini juga dapat melatih pasien untuk mempelajari keterampilan baru dalam mengatasi masalah.
Depresi pada anak dapat mengakibatkan masalah yang serius dalam kehidupan anak. Oleh karena itu, orang tua harus selalu cermat dalam menyadari tanda-tanda depresi pada anak.
Buatlah kualitas komunikasi yang baik bersama anak dengan bercerita. Pastikan untuk memberikan dukungan tanpa menghakimi apa yang diceritakan.
Sebagai tambahan, ciptakan kondisi untuk melawan stigma yang mengatakan bahwa depresi adalah hal yang memalukan, sehingga anak dapat mengkomunikasikan perasaannya tanpa malu.
Upaya pencegahan dini dapat membantu anak kembali ke kondisi normal dan gejala yang dialami tidak semakin parah sehingga anak dapat terhindar dari depresi.
Penulis: Frizka Amalia Purnama
Editor: Alexander Haryanto