Menuju konten utama

Cacar Air dan Gatal-gatal Jangkiti Korban Banjir di Bima

Penyakit cacar air dan gatal-gatal menyerang sejumlah korban banjir bandang di Kota Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pada pengungsi mengaku membutuhkan obat-obatan dan petugas kesehatan sebab kedua penyakit menjalar baik ke orang dewasa hingga anak-anak.

Cacar Air dan Gatal-gatal Jangkiti Korban Banjir di Bima
Seorang bocah tertidur lelap di posko pengungsian korban banjir bandang di masjid Baitul Hamid di Kelurahan Penaraga, Kota Bima, NTB, Senin (26/12). ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi.

tirto.id - Penyakit cacar air dan gatal-gatal menyerang sejumlah korban banjir bandang di Kota Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pada pengungsi mengaku membutuhkan obat-obatan dan petugas kesehatan sebab kedua penyakit menjangkiti baik orang dewasa maupun anak-anak.

Salah satu korban banjir bandang, Erpan, yang tinggal di lokasi pengungsian Masjid Annur Kelurahan Monggonao, Kota Bima, Erpan, di Bima, Senin, mengaku menderita gatal-gatal dan cacar air semenjak banjir bandang surut, Sabtu (24/12). Selain dia, ujarnya, anaknya dan beberapa pengungsi lainya juga terserang gatal dan cacar air.

"Makanya kami sangat membutuhkan bantuan obat-obatan dan petugas kesehatan," ujarnya.

Menurut Erpan, dirinya berada di lokasi pengungsian bersama istri dan dua anaknya semenjak banjir bandang meluluh-lantahkan rumah mereka di Monggonao. "Habis sudah, rumah tidak bisa ditinggali lagi. Harta benda dan pakaian sudah dibawa hanyut, tidak ada yang tersisa," imbuhnya.

Hal serupa dialami pengungsi lainnya, Aminah (50) beserta keluarganya yang juga tinggal di Monggonao. Ia mengatakan belum berani kembali ke rumahnya meski air sudah surut. Kalaupun kembali ke rumah, ujarnya, sudah tidak ada yang bisa diharapkan karena kondisi rumah sudah hancur dan berantakan.

"Kalau sekarang itu obat-obatan yang diperlukan karena banyak yang gatal-gatal, terutama anak-anak. Kalau untuk makan dan minum sudah tidak ada masalah di lokasi pengungsian. Tapi untuk air bersih kita masih kesulitan," ujarnya.

Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB di Kelurahan Monggonao menunjukkan sejumlah titik pengungsian bagi warga yakni Masjid An-Nur Monggonao yang menampung 700 orang, SDN 2 Monggonao 30 orang, rumah H Anas 20 orang, dan Massjid Al-Huda jumlah pengungsi 500 orang.

Banjir tak hanya meluluh-lantakkan perumahan warga, namun juga merendam 1.700 ton beras yang disimpandi gudang Divre Bulog di kota Bima terendam. Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan, setiap terjadi bencana akan selalu meninjau ketersediaan beras yang ada di Gudang-gudang Bulog, termasuk di kota Bima. Hal ini dilakukan untuk memastikan suplai dan ketersediaan beras ke dapur umum aman.

"Dari 2.200 ton beras di gudang Bulog, yang bisa diamankan tinggal 500 ton," kata Khofifah saat mengunjungi Gudang Divre Bulog di Kota Bima, Senin (26/12/2016), sebagaimana dikutip Antara.

Mensos menjelaskan, Gudang Divre Bulog di kota Bima membawahi Kota Bima, Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu. Dari tiga lokasi yang diterjang banjir, Khofifah memprediksi ketersediaan beras cukup aman untuk delapan bulan ke depan. Namun, akibat banjir bandang yang terjadi pada Rabu dan Jumat lalu, stok beras Bulog di gudang ini ikut terendam.

Ia menambahkan, cadangan beras pemerintah (CDP) untuk kota Bima sudah terpakai, namun masih ada CDB dari Pemerintah Provinsi NTB sebanyak 200 ton. Saat keputusan gubernur sudah keluar, kata Khofifah, dan beras sudah terpakai namun masih kurang, nanti ada persediaan tambahan dari Kementerian Sosial.

Kendati demikian, Khofifah Indar Parawansa mengatakan selagi menunggu Gudang Bulog Kota Bima diperbaiki selama tiga bulan, pasokan beras ke Kota Bima akan dikirim dari Gudang Bulog yang ada di Kabupaten Bima dan Dompu. "Insya Allah aman, yang penting dimonitoring terus agar suplai logistik sampai ke Kota Bima tetap lancar," katanya.

Baca juga artikel terkait BANJIR BIMA atau tulisan lainnya dari Akhmad Muawal Hasan

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Akhmad Muawal Hasan
Penulis: Akhmad Muawal Hasan
Editor: Akhmad Muawal Hasan