Menuju konten utama

Budayawan Zoetmulder Dikenang Saat Sewindu BWCF

Zoetmulder mewariskan karya dalam dunia filologi Jawa kuno yang kini masih dikenang, namun tak banyak dikenal oleh generasi milenial.

Budayawan Zoetmulder Dikenang Saat Sewindu BWCF
Pembukaan Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) ke-8 yang digelar di Hotel Tentrem, Yogyakarta, Kamis (21/11/2019). tirto.id/Zakki Amali

tirto.id - Karya-karya Romo Petrus Josephus Zoetmulder SJ (1906-1995), budawayan berdarah Belanda yang jadi WNI dijadikan pembahasan utama dalam Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) ke-8 yang digelar di Hotel Tentrem, Yogyakarta, Kamis (21/11/2019).

Kurator BWCF, Prof Mudji Sutrisno mengatakan, Zoetmulder mewariskan karya dalam dunia filologi Jawa kuno yang kini masih dikenang, namun tak banyak dikenal oleh generasi milenial.

Ia menyebut, tema utama BWCF yakni ‘Tuhan dan Alam’ diambil dari gagasan Zoetmulder mengenai konsep spiritualitas lewat buku Manunggaling Kawula Gusti: Pantheisme dan Monoisme dalam Sastra Suluk Jawa. Buku ini merupakan studi laku sufistik dalam Islam berdasarkan naskah kuno.

Salah satu pembicara, Prof Toeti Heraty Noerhadi Roosseno menyebut, pemikiran Zoetmulder dapat menjadi bekal menghadapi radikalisme dan intoleransi.

Hal ini, kata dia, karena jangkauan wawasannya yang bersifat lintas agama dan kepercayaan.

“Gagasannya adalah memahami Tuhan [pencipta] jagar raya semesta, manusia, dan pengetahuan secara naturalistik, mendasari moralitas lewat pengendalian hasrat menuju kebijakan dan kebahagiaan hidup,” kata Toeti.

Lewat BWCF 2019 juga diterbitkan buku antologi berjudul Tuhan & Alam: Membaca Ulang Gagasan Panteisme & Tantrayana di Nusantara. Isinya 15 tulisan dari para pakar lintas disiplin.

Dalam pengantar buku yang disunting Mudji Sutrisno dan kawan-kawan tersebut, ditulis fokus Zoetmulder menjadi titik tolak studi naskah kuno terkait teologis.

“Semangat itu pulalah yang masih bisa dirasakan dari artikel-artikel dalam buku berkenaan dengan studi naskah kuno,” tulisnya.

Rangkaian BWCF sejak Kamis-Sabtu (21-23/11/2019) di antaranya diskusi para penulis seperti Seno Gumira Ajidarma hingga pidato kebudayaan oleh Dr Andrea Acri tentang ‘Tantrayana di Jawa Kuno’.

Pada Jumat-Sabtu, seluruh rangkaian acara BWCF digelar di Magelang yakni di Borobudur dan Bukit Rhema Gereja Ayam.

Baca juga artikel terkait SASTRAWAN atau tulisan lainnya dari Zakki Amali

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Zakki Amali
Penulis: Zakki Amali
Editor: Irwan Syambudi