tirto.id - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN berencana semakin agresif dalam mengejar pendapatan nonbunga berbasis komisi (fee based income) pada tahun ini. Mengacu pada perolehan fee based income BTN secara year-on-year di semester I 2017, Bank plat merah ini menargetkan pertumbuhan yang melebihi 50 persen hingga penghujung tahun.
Managing Director Consumer Banking BTN Handayani mengungkapkan perseroan bakal jor-joran dalam memenuhi target di kuartal IV 2017 tersebut.
“Kemarin kami sangat agresif, tapi memang ada kendala untuk pencapaian fee based income karena ada beberapa produk yang harus menyesuaikan dengan waktu peluncurannya,” kata Handayani di kantornya, pada Jumat (13/10/2017).
BTN kini siap meluncurkan sejumlah produk baru pada kuartal IV 2017, di antaranya tabungan valas bermata uang dollar Singapura dan dollar Amerika, Tabungan Siap yang dikemas satu paket dengan asuransi, serta produk-produk reksadana.
“Akhir tahun ini kami harapkan (pertumbuhannya) di atas 90 persen dari target yang ditetapkan. Secara year-on-year kemarin tumbuhnya 52 persen. Tapi angka untuk target pastinya nanti saat pemaparan,” jelas Handayani.
Handayani menambahkan BTN tetap mengandalkan transaksi ritel untuk mendongkrak perolehan fee based income. Menurut Handayani, kinerja dari transaksi ritel yang turut dibantu dengan program digital banking dinilai efektif dalam menambah jumlah nasabah baru BTN.
“Pada dasarnya (strategi) akan lebih ke transaksi ritel yang menghasilkan fee based income, selain biaya administrasi biasa,” ungkap Handayani.
Dia mengutarakan pula rencana perusahaannya untuk merangkul 1 juta nasabah baru dalam kurun waktu 3 bulan. Hingga sejauh ini, BTN sendiri telah memiliki sebanyak 7,2 juta nasabah, yang mana 1,3 juta di antaranya sudah aktif dalam menggunakan digital banking.
“Di tahun ini, kami banyak aktivitas yang tujuannya meningkatkan jumlah nasabah dengan memperkuat digital banking. Dengan tujuan mereka bertransaksi, kita mendapatkan fee based income,” ucap Handayani lagi.
Menurut Handayani, getolnya BTN untuk bertransformasi menjadi bank yang tidak sekadar fokus pada properti sudah dimulai sejak 2-3 tahun terakhir. Handayani mengungkapkan upaya tersebut sengaja ditempuh karena NPL (non performing loan) BTN di 2013-2014 cukup tinggi.
“Sekarang NPL sudah terjaga dan terkendali dengan baik. Ini waktunya untuk melakukan pembenahan dan ekspansi dengan menciptakan produk-produk yang berpotensi mendapatkan segmentasi baru,” ujar Handayani.
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Addi M Idhom