tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Mei 2020 mengalami surplus senilai 2,09 miliar dolar AS di tengah pandemi Corona atau COVID-19. Nilai tersebut sedikit lebih baik dari posisi April 2020 yang defisit 350 juta dolar AS.
Hal itu disebabkan selama Mei 2020, ekspor hanya menyentuh 10,53 miliar dolar AS. Sementara impor mencapai angka 8,44 miliar dolar AS. Dengan capaian ini, neraca perdagangan Januari-Mei 2020 tercatat surplus 4,31 miliair dolar AS.
“Neraca dagang Mei 2020 surplus 2,1 miliar dolar AS. Ini kurang menggembirakan karena ekspor menurun dan impor turun jauh lebih dalam sebesar 42,24 persen,” ucap Kepala BPS Suhariyanto, Senin (15/6/2020).
Surplus Mei 2020 ini disebabkan karena turunnya nilai impor yang jauh lebih dalam dari penurunan nilai ekspor. BPS mencatat ekspor pada Mei 2020 turun 10,53 persen dari April 2020 atau secara month to month (mtom) dan turun 28,95 persen dari Mei 2019 atau secara year on year (yoy). Sementara itu, impor turun 32,65 persen secara mtom dan turun 42,20 persen yoy.
“Ekspor ini terendah sejak Juni 2016. Impor ini turun dalam sekali terendah terakhir pada 2009,” tambah Suhariyanto.
Secara lebih rinci penyebab penurunan ekspor ini terjadi pada semua komponen ekspor non migas. Ekspor pertanian turun 16,97 persen mtom, industri pengolahan turun 14,92 persen mtom, dan pertambangan turun 13,70 persen mtom.
Dari golongan HS 2 digit, penurunan terbesar dialami HS 71 (logam mulia, perhiasan/permata) turun 382,5 juta dolar AS, HS 27 (bahan bakar mineral) turun 225,5 juta dolar AS, dan HS 15 (lemak dan minyak hewan nabati) senilai 199,7 juta dolar AS. Sebagai perbandingan peningkatan ekspor terbesar pada periode ini paling tinggi hanya 48,2 juta dolar AS melalui HS 48 golongna kertas dan karton.
Sementara itu, impor non migas juga mengalami penurunan di seluruh komponennya. Mulai dari barang konsumsi, bahan baku/penolong, dan barang modal. Secara mtom nilainya masing-masing turun 23,08 persen, 34,66 persen, dan 29,01 persen.
Penurunan impor terbesar dialami oleh golongan barang HS 85 (mesin dan perlengkapan elektrik) turun 526 juta dolar AS, HS 84 (mesin dan perlatan mekanis) 560 juta dolar AS, HS 72 (besi dan baja) turun 283,6 juta dolar AS. Sebagai perbandingan peningkatan impor terbesar hanya mencapai 22,8 juta dolar AS untuk produk HS 88 golongan kendaraan udara dan bagiannya.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Gilang Ramadhan