Menuju konten utama

Neraca Dagang Indonesia Surplus 45 Bulan Beruntun

BPS melaporkan neraca perdagangan Indonesia surplus sebesar 2,02 miliar dolar AS. Surplus menambah rekor surplus selama 45 bulan beruntun.

Neraca Dagang Indonesia Surplus 45 Bulan Beruntun
Suasana aktivitas bongkar muatan peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (15/6/2021). ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/foc.

tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia surplus sebesar 2,02 miliar dolar AS. Surplus menambah rekor surplus selama 45 bulan beruntun.

“Dengan demikian neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 45 bulan berturut-turut sejak Mei 2020,” ucap Pelaksana Tugas Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, di Jakarta, Kamis (15/2/2024).

Namun demikian, surplus pada Januari 2024, menurut Amalia, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya dan bulan yang sama pada tahun lalu.

Secara rinci, surplus neraca perdagangan Januari 2024 ditopang oleh surplus pada komoditas non migas yaitu sebesar 3,32 miliar dolar AS.

“Komoditas penyumbang surplus utama adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan nabati, serta besi dan baja,” kata dia.

Sementara itu, surplus neraca perdagangan non migas Januari 2024 lebih rendah jika dibandingkan bulan lalu dan Januari 2023. Pada saat yang sama, neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit 1,30 miliar dolar AS.

Komoditas penyumbang defisit adalah hasil minyak dan minyak mentah. Defisit neraca perdagangan migas pada Januari 2024 lebih rendah dari bulan sebelumnya dan bulan yang sama tahun lalu.

Kemudian, neraca perdagangan Indonesia menurut negara mitra dagang pada Januari 2024, Indonesia mengalami surplus perdagangan barang dengan beberapa negara.

Mitra India tercatat surplus sebesar 1,38 miliar dolar AS, Amerika Serikat surplus 1,21 miliar dolar AS dan dengan Filipina surplus 0,63 miliar dolar AS.

“Surplus terbesar yang dialami oleh India didorong oleh komoditas bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan nabati, bijih terak dan abu logam,” ucap Amalia.

Sementara itu, Indonesia juga mengalami defisit perdagangan dengan beberapa negara dan tiga terdalam di antaranya adalah Tiongkok sebesar 1,38 miliar dolar AS, Australia defisit 0,43 miliar dolar AS dan Thailand 0,42 miliar dolar AS.

“Defisit terdalam yang dialami dengan Tiongkok didorong oleh komoditas mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya, mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya, serta plastik dan barang dari plastik,” kata Amalia.

Baca juga artikel terkait SURPLUS NERACA DAGANG atau tulisan lainnya dari Faesal Mubarok

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Faesal Mubarok
Penulis: Faesal Mubarok
Editor: Anggun P Situmorang