Menuju konten utama

BPS: Negosiasi GSP Tak Mulus Berdampak Pasti pada Nilai Ekspor

“Saya berharap negosiasinya berjalan mulus, sehingga tidak akan ada dampak yang berarti. Apakah [dampak] itu akan mengalir ke daerah? Ya tentu saja,” kata Suhariyanto.

BPS: Negosiasi GSP Tak Mulus Berdampak Pasti pada Nilai Ekspor
Kepala BPS Suhariyanto. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari.

tirto.id - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto berharap negosiasi antara Indonesia dengan Amerika Serikat terkait evaluasi insentif GSP (Generalized System of Preference) dapat berjalan mulus. Adapun Amerika Serikat saat ini tengah mengevaluasi sekitar 124 produk asal Indonesia, seperti tekstil, kapas, hingga hasil perikanan.

Langkah evaluasi tersebut dilakukan guna menentukan produk apa saja yang dinilai masih layak untuk menerima pemotongan bea masuk impor terhadap produk ekspor negara penerima.

“Saya berharap negosiasinya berjalan mulus, sehingga tidak akan ada dampak yang berarti. Apakah [dampak] itu akan mengalir ke daerah? Ya tentu saja,” kata Suhariyanto di kantornya, Jakarta pada Senin (16/7/2018) siang.

Menurut Suhariyanto, dampak tersebut bisa dipastikan berlangsung apabila perundingan tidak menghasilkan keputusan yang memuaskan. Pasalnya, komoditas yang diekspor ke Amerika Serikat berasal dari sejumlah daerah di Indonesia.

Berdasarkan data ekspor-impor dari BPS yang dirilis pada hari ini, Senin (16/7/2018), nilai ekspor untuk sektor nonmigas ke Amerika Serikat pada Januari-Juni 2018 tercatat sebesar 8,56 miliar dolar AS (10,78 persen). “Tapi memang dampaknya ke beberapa daerah itu berbeda-beda,” ucap Suhariyanto.

“Karena komoditas yang diekspor dari Jawa Timur tentu akan berbeda dengan Kalimantan Timur. Di Kalimantan Timur itu hanya CPO dan batu bara, di Jawa Timur itu perhiasan,” tambahnya.

Kendati demikian, Suhariyanto tidak merinci seberapa signifikan dampak yang akan terjadi dari segi nilai ekspor masing-masing daerah. Ia pun kembali menegaskan bahwa dirinya berharap agar pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat bisa mencapai kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak.

Meski menghadapi ancaman perang dagang, namun rupanya neraca perdagangan Indonesia pada semester I 2018 masih surplus dengan Amerika Serikat. Angka surplusnya sendiri tercatat mencapai 4,1 miliar dolar AS. Apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada 2017, surplus perdagangan antar kedua negara memang sedikit mengalami penurunan, dari yang tadinya 4,7 miliar dolar AS.

Pemerintah sendiri telah menyatakan kekhawatirannya dan siap mengambil tindakan untuk membicarakan tentang evaluasi insentif GSP tersebut. Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita bahkan telah dijadwalkan berkunjung ke Amerika Serikat pada pekan ini untuk bertemu dengan Duta Besar United States Trade Representatives (USTR).

Enggartiasto menjelaskan bahwa rencana pertemuan tersebut hasil dari lobi secara tertulis yang telah dilakukan pemerintah Indonesia. “Evaluasi GSP itu kewenangan sepenuhnya dari Amerika Serikat, untuk dikenakan ke negara apa dengan produk apa. Dalam pertemuan itu tidak akan tawar menawar,” ucap Enggartiasto dalam jumpa pers di kantornya, Jakarta pada Jumat (13/7/2018) pekan lalu.

Baca juga artikel terkait PERANG DAGANG atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Maya Saputri