Menuju konten utama

BPS Minta Pemerintah Waspada Ketegangan Geopolitik Cina dan Taiwan

Tensi ketegangan antara Cina dan Taiwan bisa mempengaruhi sektor perdagangan.

BPS Minta Pemerintah Waspada Ketegangan Geopolitik Cina dan Taiwan
Pengemudi angkutan bajaj dengan muatan sarat barang melintas di Jembatan Cideng, Jakarta, Selasa (28/7/2020). (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/foc)

tirto.id - Deputi Bidang Statistik Distribusi Dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS), Setianto mengimbau kepada pemerintah agar mewaspadai ketegangan geopolitik antara Cina dan Taiwan. Dia menilai tensi ketegangan kedua negara tersebut dapat mempengaruhi sektor perdagangan.

"Perkembangan ini perlu kita waspadai karena Cina dan Taiwan juga penting dalam perdagangan internasional Indonesia," kata Setianto dalam Rilis BPS di Kantornya, Jakarta, Senin (15/8/202).

Setianto menyampaikan Cina merupakan mitra dagang strategis Indonesia dengan kontribusi terhadap ekspor maupun impor, di atas 20 persen dari total ekspor dan impor RI. Di sisi lain, ekspor tanah air ke Taiwan juga cenderung mengalami peningkatan seperti tercatat dalam pendataan BPS.

"Terkait dengan Cina dan Taiwan, kita ketahui bahwa Cina dan Taiwan adalah eksportir utama untuk komponen elektronik dunia," ungkapnya.

Lebih lanjut, dia merinci Cina merupakan eksportir untuk komoditas sirkuit elektronik terpadu atau integrated circuits terbesar kedua di dunia. Kemudian eksportir komputer terbesar utama di dunia, termasuk office machine parts. Sementara Taiwan, eksportir integrated circuits terbesar pertama di dunia dan eksportir office machine parts terbesar keempat di dunia.

"Jadi, terkait dengan catatan geopolitik ini, China dan Taiwan menjadi sangat strategis bagi perdagangan internasional indonesia," katanya.

Sebelumnya, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu menilai dampak konflik antara Cina dan Taiwan ke perekonomian Indonesia masih tergolong kecil. Walaupun begitu, pemerintah tetap mewaspadai risiko kemungkinan yang terjadi.

"Sejauh ini memang belum terlihat ada dampak yang cukup signifikan," kata Febrio dalam Taklimat Media, di Jakarta, Senin (8/8/2022).

Dia menuturkan gesekan terjadi antar kedua negara merupakan permasalahan geopolitik. Sehingga jika dilihat dari sisi perekonomian, konflik tersebut memiliki risiko yang bersifat eksogen.

Hal ini berbeda jika situasi kedua negara tersebut memanas. Pemerintah baru akan mencermati potensi dampak konflik terhadap mobilitas perdagangan dan investasi.

"Karena kami sudah melihat apa yang terjadi di Ukraina dan dampaknya sudah kita rasakan. Dengan begitu kami sudah harus mengubah dan mengupayakan kebijakan kami terkait dengan perang di Ukraina," ujarnya.

Baca juga artikel terkait CINA-TAIWAN atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin