Menuju konten utama

BPS Jelaskan Penyebab Naiknya CAD Sebanyak 4 Kali dalam Satu Tahun

BPS mengatakan, membengkaknya defisit transaksi berjalan dipengaruhi oleh libur panjang Lebaran tahun ini.

BPS Jelaskan Penyebab Naiknya CAD Sebanyak 4 Kali dalam Satu Tahun
Kepala BPS Suhariyanto. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

tirto.id - Defisit transaksi berjalan atau Current Account Deficit (CAD) pada Juli 2018 mencapai level tinggi senilai 8 miliar dolar AS atau sebesar 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Angka itu lebih tinggi dibandingkan dengan defisit triwulan sebelumnya sebesar 5,7 miliar dolar AS atau 2,2 persen dari PDB.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto menyatakan defisit transaksi berjalan itu sudah naik sebanyak 4 kali dalam kurang waktu satu tahun ini. Maka, penting untuk pemerintah mengambil sikap efisien dalam memperbaikinya.

Menurut dia, membengkaknya CAD dipengaruhi oleh libur panjang Lebaran tahun ini. Pasalnya, ada banyak industri yang tidak beroperasi pada saat libur tersebut.

"Kalau kita libur panjang dampaknya tinggi kepada eksim (ekspor-impor), (biaya) transportasi akan tinggi sekali. Kemarin Juli banyak melambat, tapi ya butuh liburan," ujar pria yang biasa disebut Kecuk ini di Kompleks DPR-MPR Jakarta, Kamis (16/8/2018).

Pengaruh lainnya, kata dia, terjadinya peningkatan bahan baku dan barang modal. Sebenarnya, naiknya impor barang modal dan baku diharapkan akan menggerakkan investasi dan produktivitas industri.

"Maka, kita perlu mengevaluasi ulang lagi. Ada enggak sih bahan-bahan baku yang diproduksi di dalam negeri? Oleh karena itu [masuk dalam] 4 kebijakan yang dirancang pemerintah cepat diimplementasi," ujar Kecuk.

Empat kebijakan itu meliputi. Pertama, pengendalian impor proyek infrastruktur. Kebijakan ini berkaitan dengan imbauan kepada PLN dan Pertamina agar melihat komponen impor proyek. Pasalnya, dua BUMN ini memiliki komponen impor yang cukup besar.

Kedua, pemerintah meminta semua barang konsumsi dan bahan baku agar mencari substitusi produk dari dalam negeri terlebih dahulu. Untuk menerapkan kebijakan tersebut, pemerintah sudah mengidentifikasi dan menetapkan pajak penghasilan (PPh) impor 7,5 persen.

Ketiga, mendorong ekspor dari sisi pembiayaan, kebijakan insentif dan kemampuan untuk penetrasi pasar.

Keempat impor migas. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah juga akan mengimplementasikan penggunaan Biodiesel (B20) secara konsisten dan diharapkan bisa dilaksanakan Agustus. B20 merupakan bahan bakar minyak jenis solar yang dicampur 20 persen komponen minyak kelapa sawit.

Kebijakan tersebut juga diharapkan bisa menekan impor migas. Dengan demikian, CAD yang meningkat dapat diturunkan di akhir tahun ini secara cukup signifikan.

Keempat kebijakan tersebut, kata Kecuk, juga dapat berdampak untuk penguatan kurs rupiah yang terdepresiasi di kisaran Rp14.600 terhadap dolar AS.

"Dengan berbagai 4 program pemerintah, kita lihat (dampak) implementasi dari defisitnya (CAD) akan makin turun," ujar Kecuk.

Baca juga artikel terkait DEFISIT atau tulisan lainnya dari Shintaloka Pradita Sicca

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Shintaloka Pradita Sicca
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Alexander Haryanto