tirto.id - Menjelang bulan Ramadhan, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Mei 2016 terjadi inflasi sebesar 0,24 persen, yang didorong oleh kenaikan seluruh indeks kelompok pengeluaran, setelah deflasi yang terjadi pada bulan April.
Kepala BPS Suryamin pada hari Rabu (1/6/2016) mengatakan, sebelumnya, pada April 2016, tercatat deflasi sebesar 0,45 persen, dan dengan inflasi Mei 0,24 persen tersebut, maka inflasi Januari - Mei naik menjadi 0,4 persen. Dengan demikian, tingkat inflasi tahunan menjadi sebesar 3,33 persen.
Sebagai catatan, angka inflasi Mei tersebut berada di atas perkiraan Bank Indonesia pada 27 Mei lalu, yakni sebesar 0,19 persen. Namun demikian, tingkat inflasi tersebut masih lebih rendah daripada bulan Mei tahun sebelumnya yang mencapai 0,5 persen.
Tingkat inflasi tersebut didorong oleh naiknya hampir seluruh indeks kelompok pengeluaran. Indeks kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau naik 0,58 persen; kelompok sandang naik 0,44 persen; kelompok bahan makanan naik 0,3 persen; kesehatan 0,27 persen; dan transportasi 0,21 persen.
Pemerintah saat ini, lanjut Suryamin, sedang berupaya untuk menurunkan berbagai macam harga barang yang melonjak seperti daging dan bawang merah. Apalagi menjelang bulan Ramadhan yang diperkirakan akan membuat harga makin meningkat.
BPS lebih lanjut mencatat, Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan Mei naik menjadi 123,48. Dari 82 kota IHK, 67 kota mengalami inflasi dan 15 kota mengalami deflasi.
Suryamin mengatakan, inflasi tertinggi terjadi di Pontianak 1,67 persen dengan IHK 132,06. Singaraja dan Palangka Raya mengalami inflasi terendah pada bulan Mein ini, masing-masing 0,02 persen dengan IHK masing-masing 131,16 dan 120,37.
Sementara itu, deflasi tertinggi terjadi di Sorong 0,92 persen dengan IHK 122,83 dan terendah terjadi di Maumere 0,01 persen dengan IHK 117,15.
Penulis: Ign. L. Adhi Bhaskara
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara