Menuju konten utama

BPS: Ekspor Kerajinan Kulit Bali Naik 7,68 Persen

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Ir Adi Nugroho di Denpasar. menyebutkan nilai ekspor produk kerajinan Bali berupa cenderamata berbahan baku kulit pada Februari 2016 menghasilkan devisa senilai 1,18 juta dolar Amerika Serikat atau meningkat 7,68 persen dibanding bulan Januari 2016 yang tercatat 1,10 juta dolar.

BPS: Ekspor Kerajinan Kulit Bali Naik 7,68 Persen
Perajin membuat tas berbahan kulit. ANTARA FOTO/Dedhez Anggara

tirto.id - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Ir Adi Nugroho di Denpasar, Selasa, (12/4/2016) menyebutkan nilai ekspor produk kerajinan Bali berupa cenderamata berbahan baku kulit pada Februari 2016 menghasilkan devisa senilai 1,18 juta dolar Amerika Serikat atau meningkat 7,68 persen dibanding bulan Januari 2016 yang tercatat 1,10 juta dolar.

"Perolehan devisa tersebut meningkat 7,68 persen dibanding bulan Januari 2016 yang tercatat 1,10 juta dolar Amerika," kata Adi Nugroho.

Ia menambahkan, perolehan devisa dari pengapalan cenderamata itu juga meningkat 10,44 persen dibandingkan dengan bulan Februari 2015 yang meraup devisa sebesar 1,07 juta dolar Amerika Serikat.

Barang-barang dari kulit itu mampu memberikan kontribusi sebesar 2,95 persen dari total ekspor Bali sebesar 40,33 juta dolar Amerika selama bulan Februari 2016, meningkat 11,44 persen dibanding bulan sebelumnya (Januari 2016) yang hanya 36,19 juta dolar.

Adi mengatakan, hasil kerajinan kulit yang menembus pasaran luar negeri itu antara lain berupa sepatu, sandal untuk pria dan wanita, aneka jenis tas untuk pria dan wanita dari semua golongan umur, ikat pinggang dan jaket.

Ia menambahkan, hasil industri kerajinan skala rumah tangga itu paling banyak diserap pasaran Jepang yang mencapai 29,70 persen, menyusul Spanyol 9,50 persen, Amerika Serikat 6,43 persen, Singapura 9,75 persen dan Australia 2,78 persen.

Selain itu juga menembus pasaran Perancis 4,39 persen, Hong Kong 9,98 persen, Italia 7,75 persen, Jerman 0,18 persen dan sisanya 19,55 persen menembus berbagai negara lainnya di belahan dunia.

Hendri, salah seorang perajin kulit di Denpasar, dalam kesempatan terpisah menjelaskan pihaknya mengolah kulit sapi sebagai bahan baku memproduksi sepatu, tas, sandal, dan jaket yang memiliki nilai jual cukup tinggi.

Pihaknya mendapatkan kulit sapi Bali dari sejumlah penyalur (agen) yang menjadi langganannya. Para agen tersebut mendapatkan kulit sapi dari beberapa daerah di Bali seperti Buleleng, Badung, Jembrana.

"Kami mendapatkan kulit yang sudah jadi, artinya kulit yang sudah dibersihkan dan dikeringkan, sehingga tinggal melakukan pengolahan produksi saja," ujarnya. (ANT)

Baca juga artikel terkait BALI atau tulisan lainnya

Reporter: Yantina Debora