tirto.id -
"Kalau ditarik ke belakang, ini merupakan inflasi tertinggi sejak Desember tahun 2017, di mana saat itu inflasinya sebesar 3,61 persen," kata Kepala BPS Margo Yuwono dalam rilis BPS, di Kantornya, Jakarta, Kamis (2/6/2022).
BPS sebelumnya mencatat perkembangan harga pada Mei 2022 mengalami inflasi sebesar 0,40 persen secara month to month (mtm). Sedangkan inflasi secara tahun kalender 2022 atau year to date (ytd) tercatat sebesar 2,56 persen
Kenaikan inflasi tahunan pada Mei 2022 ini tak lepas dari kondisi di dalam maupun luar negeri. Sebab secara global terjadi kenaikan harga komoditas pangan dan energi imbas konflik antara Rusia dan Ukraina.
"Bahkan IMF di April lalu melakukan revisi mengenai pergerakan inflasi untuk negara maju direvisi dari 3,9 persen menjadi 5,7 persen dan negara berkembang dari 5,9 persen menjadi 8,7 persen," ungkapnya.
Selain itu, larangan ekspor bahan pangan maupun pupuk yang dilakukan oleh sejumlah negara justru membuat lonjakan harga semakin tinggi. Menurutnya, hambatan perdagangan internasional ini berdampak kepada inflasi secara global maupun Indonesia.
Sedangkan di dalam negeri, dia menuturkan, peningkatan mobilitas di tempat belanja kebutuhan sehari-hari serta perdagangan, retail dan rekreasi, dan mobilitas masyarakat selama libur hari raya Idulfitri juga turut menjadi penyebab tingginya inflasi.
"Ada kebijakan pemerintah terkait larangan ekspor CPO pada 28 April sampai dengan 23 Mei 2022, tentu saja ini berdampak juga nanti kepada bagaimana perkembangan harga minyak goreng di dalam negeri," katanya.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin