tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor kurma terus mengalami kenaikan sejak Januari 2021 hingga periode jelang Lebaran 2021. Selama Januari-Maret 2021, Indonesia telah mengimpor kurma senilai 42,5 juta dolar AS.
“Beberapa barang unik khusus jelang lebaran itu tentu saja kurma. Kita tidak produksi kurma dan biasanya diimpor untuk buka puasa. Kita lihat nilainya memang naik,” ucap Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers virtual, Kamis (15/4/2021).
Data BPS menunjukan pada Januari 2021 impor kurma hanya mencapai 10,3 juta dolar AS. Kemudian menjadi 14,9 juta dolar AS pada Februari 2021 alias naik 44,6 persen secara month to month (mtom).
Pada Maret 2021, impor kurma masih terus naik. Nilainya menyentuh 17,1 juta dolar AS atau naik 16,1 persen dari bulan sebelumnya.
Suhariyanto menyatakan impor kurma ke Indonesia disumbang oleh negara-negara di kawasan Timur Tengah. Sedikitnya ada tiga negara yang menjadi pemasok terbanyak kurma di Indonesia.
“Mesir, Tunisia, Arab Saudi. Itu impor kurma kita dari sana,” ucap Suhariyanto.
Kurma merupakan salah satu komoditas yang melonjak impornya menjelang bulan puasa Ramadhan dan menjelang Lebaran. Di luar itu, Suhariyanto mengatakan tren kenaikan juga dialami oleh sejumlah komoditas bahan pokok.
Data BPS menunjukan impor barang konsumsi Maret 2021 mencapai 1,41 miliar dolar AS. Angka ini naik 15,51 persen secara mtom dan 13,4 persen secara yoy.
Tidak hanya konsumsi, impor industri pengolahan dalam bentuk bahan baku juga meningkat 31,1 persen mtom dan 25,82 persen yoy. Suhariyanto meyakini kenaikan impor bahan baku juga terjadi sejalan dengan persiapan para produsen mengantisipasi kebutuhan lebaran.
“Apakah impor dipengaruhi persiapan lebaran? Saya pikir iya. Impor ini dilakukan untuk mengantisipasi konsumsi lebaran. Beberapa jenis impor barang konsumsi dan bahan baku,” ucap Suhariyanto.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Bayu Septianto