tirto.id - Pasangan calon nomor urut 02 Prabowo-Sandiaga Uno menilai akar permasalahan tidak meratanya sebaran tenaga medis khususnya di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) di sebabkan insentif dan tata kelola.
Hal tersebut disampaikan oleh Juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN), Gamal Albinsaid.
"Kalau kami lihat di daerah terpencil sekalipun, ada dokter tapi di perusahaan tambang. Hal itu karena insentifnya sesuai dan ada sistem on-off yang diterapkan," ujarnya kepada Tirto, Kamis (14/3/2019).
Ia coba membandingkan sebaran dari satu wilayah ke wilayah lain. Di Indonesia bagian barat menurutnya, terdapat 92.471 dokter umum dan 25.256 dokter spesialis.
Di bagian tengah, terdapat 15.968 dokter umum dan 4.293 dokter spesialis. Sedangkan di bagian timur, terdapat 1.472 dokter umum dan 227 dokter spesialis.
Bahkan dari segi ratio dokter dan pasien pun terjadi ketimpangan. Ia mencontohkan, di DKI Jakarta rationya 170:100.000 penduduk. Sedangkan di NTT rationya hanya 14:100.000 penduduk.
"Kalau kami lihat distribusinya saat ini masih sangat tidak merata," ujarnya.
Sebab dari itu, ke depannya kubunya akan berupaya untuk memperbaikan kesejahteraan para tenaga medis di daerah dan ditunjang oleh fasilitas ya.
Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia, Daeng Mohammad Faqih mengatakan persoalan pemerataan tenaga medis khususnya di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T), masih menjadi persoalan sampai dengan saat ini. Terutama di wilayah seperti NTT, Papua, Maluku, Sulawesi dan Kalimantan.
Padahal menurutnya, jika menggunakan rasio perhitungan dari World Health Organization yakni 1:2500 (1 dokter untuk 2500 jiwa), dengan jumlah dokter yang berada dalam catatan IDI sebanyak 172 ribu, dan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 265 jiwa per 2018 lalu.
Menurutnya sudah terpenuhi kebutuhan dokter yang ada hingga wilayah-wilayah terpencil sekalipun.
"Tapi persoalannya terletak didistribusinya yang tidak rata. Banyak menumpuk di kota besar, Jakarta, Medan, dan lainnya," ujarnya kepada Tirto, Kamis (14/3/2019).
Melihat jumlah tenaga medisnya sudah tercukupi namun masih adanya wilayah yang belum terjangkau tangan dokter, Faqih menilai masalah ini karena belum terjaminnya insentif bagi para dokter tersebut, agar mau bekerja di daerah-daerah.
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Nur Hidayah Perwitasari