tirto.id - Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mengklaim stok elpiji relatif aman menjelang dan saat libur Natal 2017 hingga Tahun Baru 2018.
Kepala BPH Migas Fanshurullah Asa menyatakan Pertamina telah memasok elpiji 3 kilogram sampai dengan 16 hari mendatang. Pada normalnya pasokan elpiji bersubsidi dijaga hingga 11 hari lamanya.
“Pertamina sudah menambah cadangan stok sebanyak 900 metrik ton atau sekitar 300 ribu tabung,” ucap Fanshurullah saat jumpa pers di kantornya pada Senin (18/12/2017).
Berdasarkan data penyaluran harian elpiji 3 kilogram bersubsidi per 17 Desember 2017, realisasi penyaluran elpiji berwarna hijau itu telah mencapai 5.750 juta metrik ton. Sampai dengan akhir Desember 2017, diprediksi penyaluran gas bersubsidi itu bakal melebih kuota yang ditentukan dalam APBNP (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan) 2017, yakni sekitar 1,6 persen.
Kendati demikian, BPH Migas mengatakan kalau pengawalan dan koordinasi dengan sejumlah institusi di bawah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bakal terus dilakukan, khususnya sejak hari ini (18/12/2017) hingga 8 Januari 2018.
Kelangkaan elpiji 3 kg bersubsidi terjadi pada awal Desember. Saat itu PT Pertamina (Persero) mengklaim kelangkaan elpiji diakibatkan lonjakan permintaan oleh masyarakat menjelang libur akhir tahun. Pertamina mengaku kaget lantaran lonjakan biasanya terjadi pada pertengahan hingga periode libur Natal dan Tahun Baru, bukan di awal Desember.
Namun, alasan Pertamina ini dibantah Sekretaris Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Agus Suyatno. Menurut Agus kelangkaan itu terjadi karena disparitas harga antara elpiji 3 kg dengan 12 kg dan juga persoalan distribusi tertutup.
Menurut Agus, pola distribusi ini berkaitan dengan masalah disparitas harga kedua jenis produk tersebut. Berdasarkan laporan yang diterima YLKI, banyak pengguna elpiji 12 kg hijrah menjadi pengguna elpiji 3 kg lantaran selisih harga keduanya terlalu jauh setiap per kg.
Sebagai gambaran harga elpiji 3 kg sekitar Rp16.000 atau Rp5.300 per kg, sedangkan elpiji 12 kg yang tak disubsidi Rp139.000 atau Rp 11.500 per kg.
“Ini menunjukkan adanya inkonsistensi pola distribusi oleh pemerintah,” kata Agus.
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Agung DH