tirto.id - Sejumlah aksi teror bom di Surabaya dikhawatirkan memiliki dampak pada sektor pariwisata terkait angka kunjungan wisatawan. Hal itu dikatakan pengamat pariwisata Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto Chusmeru.
"Teror bom di Surabaya bisa berdampak pada kunjungan wisatawan ke Indonesia dan beberapa daerah, serta rasa aman, dan kenyamanan bagi wisatawan," katanya di Purwokerto, Senin (14/5/2018).
Ia menambahkan, pihak terkat seperti pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan pengelola jasa pariwisata perlu memberikan jaminan keamanan bagi wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.
"Setiap destinasi dan objek daya tarik wisata memerlukan jaminan keamanan," jelasnya.
Caranya, sambung Chusmeru, pengamanan di setiap obyek wisata, hotel, restoran, serta daya tarik wisata lain diperketat secara terbuka maupun tertutup dengan menempatkan aparat keamanan di masing-masing obyek.
"Dengan catatan, pengamanan tidak tampak berlebihan yang nantinya malah akan menimbulkan ketakutan wisatawan," imbuhnya.
Pemerintah dan lembaga terkait juga harus serius untuk memastikan bahwa destinasi dan objek tersebut aman untuk dikunjungi. Selain itu, kata dia, pemerintah perlu terus melakukan sosialisasi dan penyebaran informasi terkait perkembangan situasi keamanan.
"Hal tersebut perlu dilakukan agar wisatawan tidak takut dan ragu dalam melakukan aktivitas pariwisatanya," jelasnya.
Terakhir, menurut Chusmeru, sekecil apapun gangguan keamanan yang terjadi di daerah atau objek wisata akan berdampak buruk bagi perkembangan pariwisata nasional.
"Gangguan keamanan tentunya bisa menimbulkan keprihatinan dan kecemasan masyarakat termasuk pada sektor pariwisata," pungkasnya.
Sebelumnya, Kota Surabaya dan sekitarnya diguncang bom sebanyak lima kali dalam waktu 24 jam. Insiden terakhir terjadi Senin (14/5/2018) pagi dan menewaskan empat dari lima pelaku.
Ledakan bom di Mapolrestabes Surabaya tersebut berselang 10 jam dari ledakan di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo, dan hampir 24 jam dari tiga ledakan bom di tiga gereja pada Minggu (13/5/2018) pagi.
Editor: Ibnu Azis