tirto.id - Susu kental manis (SKM) dinilai tidak cocok dikonsumsi balita dan anak-anak karena mengandung gula yang terlampau tinggi.
Dalam jangka panjang, SKM berpotensi menyebabkan obesitas, menimbulkan plak, karies atau lubang pada gigi anak, bahkan diabetes.
Sebab, kandungan dari SKM yang rendah kalsium tidak seperti susu murni pada umumnya. Setiap satu sendok makan SKM mengandung 2-5,5 g lemak jenuh, yang memiliki dampak negatif bagi kesehatan kardiovaskular.
Sedangkan protein hanya sebesar 1,5 g, lalu 54 mg kalsium, 36 mg potasium, 5 mg magnesium, 56 IU vitamin A, dan sejumlah kecil vitamin serta mineral lainnya dalam satu sendok makan.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tidak menyarankan orang tua memberi SKM pada anak-anak, terutama balita.
Jika memang mendesak, maka pemberian SKM hanya boleh pada anak usia di atas 1 tahun. Itupun diberikan maksimal 30% dari total kebutuhan kalori, dan 70% sisanya seharusnya diberikan berupa makanan padat.
Bagi anak-anak, khususnya balita, susu yang direkomendasikan adalah Air Susu Ibu (ASI). Apabila ASI tidak dapat diberikan, pilihan susu yang dapat diberikan adalah ASI donor yang telah terjamin higienis dan keamanannya. Jika tidak ada ASI, maka barulah beralih ke susu formula.
"Susu kental manis tidak boleh diberikan pada bayi dan anak, karena memiliki kadar gula yang tinggi, dan kadar protein yang rendah," sesuai pernyataan dr. Damayanti, Sp.A(K), Ph.D, dokter dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM.
Hari Susu Sedunia dan Kontroversi Label SKM
SKM adalah produk susu pasaran yang dijual bebas di Indonesia. BPOM menuliskan bahwa SKM adalah produk susu berbentuk cairan kental. Untuk dapat menjadi SKM, sebagian air dari campuran susu dan gula dihilangkan hingga mencapai kepekatan tertentu.
Produk SKM lainnya adalah hasil dari rekonstitusi susu bubuk dengan penambahan gula, dengan atau tanpa penambahan bahan lain. Susu kental manis pun bukan produk steril susu.
Produk SKM ini merupakan bagian dari jenis susu olahan yang dilestarikan dalam peringatan Hari Susu Sedunia yang jatuh pada tanggal 1 Juni setiap tahunnya.
Pada 2021, Hari Susu Sedunia bertema "Sustainabilitas sektor susu melalui pemberdayaan lingkungan, gizi, dan sosial ekonomi." Hari Susu Sedunia diperingati untuk mengampanyekan pentingnya susu sebagai menu makanan global.
Namun, produk SKM sendiri terus dipertanyakan nilai gizinya, terutama jika dikonsumsi oleh balita dan anak-anak. Karena bukan sepenuhnya susu, melainkan dominan gula, maka Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Tulus Abadi menyampaikan bahwa BPOM sebenarnya harus memperbaiki terminologi SKM.
“Kalau labelnya tidak sama bisa saja penipuan. Jadi labelnya menyatakan berapa persen? Ternyata kalau diteliti 70% [kandungan gula], tapi label tidak mengatakan seperti itu, ya penipuan. Tapi pada dasarnya, ya makanan yang tinggi gula itu tidak sehat apalagi untuk anak-anak, intinya itu,” terang Tulus pada Tirto.
Rata-rata, di setiap kemasan SKM memang ada larangan untuk konsumsi bagi bayi di bawah 12 bulan. Selain itu, produsen SKM juga mengimbau bahwa produk SKM tidak bisa menggantikan ASI atau menjadi sumber gizi satu-satunya pada anak.
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Yandri Daniel Damaledo